Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Adrianus Nabung
Dosen

Akademisi di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus

Mutu Pendidikan dan Merdeka Belajar: Suara dari NTT

Kompas.com - 02/05/2023, 17:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENYAMBUT Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei, sorotan tertuju pada kualitas pendidikan di daerah tertinggal seperti Nusa Tenggara Timur (NTT).

Terlepas dari upaya pemerintah pusat untuk meningkatkan pendidikan melalui program “Merdeka Belajar”, tantangan dalam memberikan pendidikan berkualitas kepada siswa di daerah terpencil tetap ada.

Sebuah studi kasus sekolah menengah kejuruan di NTT menunjukkan rendahnya tingkat kemelekan dan kecakapan bahasa Inggris di kalangan siswa, meskipun telah mempelajari mata pelajaran tersebut selama lebih dari empat tahun.

Masalah ini dapat dikaitkan dengan kurangnya inovasi guru, motivasi yang rendah, dan fasilitas yang tidak memadai.

Karena negara berusaha untuk menyediakan pendidikan yang adil bagi semua, sangat penting untuk mengatasi masalah ini dan menerapkan solusi efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tertinggal.

Esei kecil ini mencoba menggali persoalan mutu pendidikan di daerah tertinggal, khususnya dalam konteks sekolah menengah kejuruan di NTT.

Kami akan membahas berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan, seperti kinerja guru, fasilitas, dan motivasi, serta mengusulkan solusi potensial untuk mengatasi masalah ini.

Kesenjangan Literasi

Menurut penelitian terbaru, terdapat kesenjangan literasi yang signifikan dalam kecakapan bahasa Inggris di antara siswa sekolah menengah kejuruan di NTT, meskipun faktanya siswa telah mempelajari bahasa tersebut selama lebih dari empat tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa ada masalah mendasar dengan kualitas pendidikan yang terselenggara di sekolah-sekolah tersebut.

Salah satu faktor utama penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah kinerja guru. Guru memainkan peran penting dalam hasil belajar siswa. Pelatihan yang tidak memadai, kurangnya dukungan, dan motivasi rendah di kalangan guru dapat berdampak signifikan terhadap keberhasilan akademik siswa.

Sejumlah hasil penelitian lain menunjukkan bahwa banyak guru sekolah menengah kejuruan di NTT tidak memiliki kualifikasi dan pelatihan untuk mengajar bahasa Inggris secara efektif yang merupakan keterampilan penting dalam ekonomi global saat ini.

Selain kinerja guru, fasilitas dan sumber daya juga merupakan komponen penting pada ranah peningkatan kualitas pendidikan.

Banyak sekolah menengah kejuruan di NTT kekurangan fasilitas dasar seperti perpustakaan, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa. Dampaknya signifikan terhadap kemampuan siswa untuk belajar dan terlibat dengan materi.

Kurangnya sumber daya ini sering diperparah oleh kurangnya inovasi dan kreativitas di kalangan guru, yang mungkin kesulitan menemukan alternatif untuk memberikan pendidikan berkualitas tinggi tanpa sumber daya yang diperlukan.

Pendidikan rendah motivasi

Belum lagi bicara soal motivasi. Sejumlah studi memperlihatkan bahwa motivasi siswa merupakan faktor penting dalam kualitas pendidikan.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com