Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Unair Inovasi Brem Kulit Durian, Raih Medali Emas di Thailand

Kompas.com - 11/02/2023, 06:07 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) membuat inovasi menarik yakni brem yang dibuat dari kulit durian. Bahkan inovasi makanan tradisional Kota Madiun itu berhasil meraih prestasi tingkat internasional.

Para mahasiswa Unair itu antara lain Sulthan Fathi (FST ’19), Ardelia Bertha (FK ’19), Syadilla Rahmansyah (FKM ’19), Lidya Ayu (FKM ’20), Dennis Muhammad (FTMM ’20), dan Bernika Citra (FISIP ’20).

Mereka berhasil meraih medali emas dalam kompetisi internasional, yakni Thailand Inventors Day pada 1-6 Februari 2023.

Adapun kompetisi yang digelar oleh National Research Council of Thailand itu, mengusung sebuah inovasi bertajuk “Brem-D: Utilization of Durio Zibethinus Skin Waste as Neutral-Stabilizer for Lysergic Acid Diethylamide (LSD) Addicts”.

Baca juga: Alat Medical Check Up Mandiri Ini Hasil Inovasi Mahasiswa UMM

Menurut salah satu mahasiswa yang ikut tim itu, Syadilla Rahmansyah, gagasan tersebut berasal dari inovasi makanan tradisional Kota Madiun, yakni brem.

"Jadi, untuk karya atau inovasi yang kami lombakan adalah inovasi makanan alternatif yakni brem, makanan tradisional juga yang terkenal dari kota Madiun," ujarnya dikutip dari laman Unair, Jumat (10/2/2023).

Untuk perbedaanya dengan yang original dari Madiun adalah tim dari Unair itu memakai campuran tepung kulit durian, bagian mesokarpnya.

Mahasiswa yang kerap disapa Rama itu menjelaskan bahwa penggunaan kulit durian sebagai campuran brem bermanfaat sebagai bioregulator serotonin pada otak.

Dengan kombinasi kulit durian, brem yang mereka ciptakan dapat menjadi alternatif penghilang dampak buruk terhadap kesehatan para pengguna maupun mantan pengguna Lysergic Acid Diethylamide (LSD).

Baca juga: Mahasiswa Polije Inovasi Alat Semprot Hama Bertenaga Surya, Cara Buatnya Mudah

"Di Asia Tenggara, narkoba jenis LSD ini sedang marak. Jadi, kami memanfaatkan kandungan yang ada dalam kulit durian tersebut untuk meningkatkan kadar serotonin di otak, sehingga dapat mengurangi gejala depresi, sakau, dan gejala lainnya," jelas dia.

Selain itu, gagasan lain penggunaan kulit durian karena didasarkan pada keprihatinan terhadap kondisi di Indonesia.

Alih-alih menggunakan pektin alami, Indonesia justru masih terus melakukan impor pektin sintetis hingga berton-ton.

Menurut dia, Indonesia sendiri masih melakukan impor sebanyak 100 ton pektin sintetis per tahun, padahal sebenarnya pektin itu bisa diperoleh dari durian yang justru melimpah di Indonesia.

"Dari situ, kami mencoba memanfaatkan potensi itu," imbuh Rama.

Meski telah berhasil raih gelar membanggakan, Rama dan tim tak ingin merasa cepat puas. Ia berharap, keberhasilannya itu justru akan semakin memacu mereka untuk terus ukir prestasi di kancah internasional.

Baca juga: Mahasiswa ITS Inovasi Aplikasi Sarapanku, Cocok bagi Anak Rantau

Mereka juga berharap hasil dari kompetisi ini dapat menjadi motivasi untuk terus berkembang dan belajar sehingga bisa jadi lebih baik ke depannya.

"Kami senang mendapatkan pengalaman yang begitu, yang kami bertemu orang-orang internasional, dan bisa melihat inovasi-inovasi dari negara lain," pungkas Rama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com