Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UM Surabaya: Ini 5 Penyakit yang Sering Ditemui di Pengungsian

Kompas.com - 29/11/2022, 22:17 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kondisi bencana mengakibatkan kerusakan serta munculnya berbagai permasalahan kesehatan bagi masyarakat yang menjadi korban. Kerusakan akibat bencana membuat para korban bencana harus mau dipindahkan ke tempat pengungsian.

Fasilitas di tempat pengungsian yang serba terbatas dapat menyebabkan meningkatnya risiko infeksi berbagai macam penyakit.

Baca juga: Cek Jadwal Seleksi Masuk PTN: SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri 2023

Dosen Teknologi Laboratorium Medis (TLM) FIK UM Surabaya, Vella Rohmayani menjelaskan faktor yang dapat mempengaruhi munculnya berbagai gangguan penyakit di lokasi pengungsian, yaitu:

  • Kurang memadainya akses untuk mendapatkan air bersih.
  • Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
  • Kepadatan penduduk.
  • Masih rendahnya kesadaran untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Vella menyebut ada beberapa jenis penyakit yang rawan terjadi di tempat pengungsian.

Pertama, penyakit infeksi gangguan pencernaan.

Penyakit ini rawan terjadi karena di lokasi pengungsian akses air bersih sangat minim, sanitasi lingkungan yang kurang baik, serta masih rendahnya kesadaran untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

"Penyakit gangguan pencernaan dapat ditularkan melalui makanan maupun minuman yang terkontaminasi oleh bakteri, protozoa maupun cacing parasite," ucap dia dalam keterangannya, Selasa (29/11/2022).

Kedua, infeksi ektoparasit. Biasanya infeksi ini didapatkan ketika orang melakukan kegiatan tidur bersama dalam satu ruangan dengan banyak orang.

Baca juga: Intip 10 Jurusan Sepi Peminat di Undip, Referensi Daftar SNBT 2023

"Ini bisa mengaibatkan penularan infeksi ektoparasit pediculus humanus capitis atau disebut dengan kutu rambut kepala," jelas dia.

Ketiga, infeksi jamur kulit.

Lokasi pengungsian biasanya padat orang. Sehingga ketika ada penyintas yang menderita infeksi jamur kulit, maka akan mudah sekali menular ke penyintas lainnya.

"Melalui gesekan kulit, pemakaian sabun batang bersama dan lain seterusnya," tutur dia.

Keempat, penyakit batuk dan pilek. Dua penyakit ini mudah menular, umumnya sering menyerang anak-anak, terlebih yang memiliki daya tahan tubuh lemah.

"Di lokasi pengungsian makanan yang tersedia biasanya serba kurang dan terbatas, sehingga pemenuhan gizi anak tidak bisa terpenuhi. Terlebih di tempat pengungsian padat populasi, sehingga penularan batuk pilek lebih massif terjadi," jelas dia.

Kelima, penyakit yang dtularkan melalui perantara vector serangga.

Kondisi bencana mengakibatkan munculnya tempat perindukan baru bagi vektor atau penular penyakit, yaitu nyamuk, lalat, kecoa serta berbagai jenis serangga lainnya yang berperan sebagai vektor.

Baca juga: Jelang SNPMB 2023, Catat Jadwal Resmi SNBP dan UTBK SNBT 2023

"Penyakit yang sering ditularkan melalui perantara vector nyamuk, seperti penyakit DBD dan malaria. Penyakit yang ditularkan melalui vector lalat maupun kecoa, seperti diare, disentri, demam tifoid, kolera, dan lain seterusnya," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com