Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus HIV/AIDS di Bandung, Dosen Unpas Beri Langkah Preventifnya

Kompas.com - 18/09/2022, 14:49 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia dihebohkan berita ratusan mahasiswa di Bandung yang dinyatakan positif HIV AIDS.

Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit yang bisa menular melalui cairan kelamin dan darah. Sehingga seseorang yang terpapar penyakit HIV AIDS identik dengan gaya hidup yang sering berganti pasangan.

Kabar tersebut mengacu pada data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung yang menyebut hingga Desember 2021, dari 5.943 warga Bandung pengidap HIV, mahasiswa menyumbang kasus sebanyak 6,97 persen atau 414 orang.

Ketua Sekretariat KPA Kota Bandung Sis Silvia Dewi menyatakan data tersebut merupakan akumulasi dari tahun 1991 sampai 2021 yang dikelompokkan berdasarkan pekerjaan.

Baca juga: 10 Universitas Swasta Terbaik di Jawa Tengah, Siapa Peringkat 1?

Persentase mahasiswa justru paling banyak disorot meski relatif lebih kecil jika dibanding persentase pekerjaan lainnya. Padahal ada profesi lain yang presentasenya lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa. Yakni karyawan swasta 30 persen, wiraswasta 15 persen, dan ibu rumah tangga 11 persen.

Penanggulangan HIV belum maksimal

Menanggapi peristiwa ratusan mahasiswa Bandung yang positif HIV AIDS, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan (Unpas) Charisma Asri Fitrananda memberikan pendapatnya.

Charisma mengatakan prihatin karena mahasiswa turut menyumbang kasus positif HIV. Di sisi lain, ia menyayangkan tidak adanya konfirmasi oleh wartawan terkait data yang valid ke KPA Kota Bandung.

Data yang beredar terlanjur viral dan membuat KPA Kota Bandung kesulitan menanggulanginya.

"Di Indonesia, penanggulangan HIV/AIDS sulit dilakukan karena akan berbenturan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat," terang Charisma seperti dikutip dari laman Unpas, Minggu (18/9/2022).

Baca juga: 12 Jurusan Kuliah Tersulit, Calon Mahasiswa Tertarik Daftar?

HIV AIDS muncul akibat aktivitas amoral, misalnya seks bebas, penggunaan jarum suntik bergantian, dan sebagainya.

Dia menekankan, berbagai langkah preventif yang selama ini diupayakan pun sering dianggap tabu.

Minimnya edukasi inilah yang membuat penyuluhan tentang HIV/AIDS tidak berjalan efektif. Dari hasil penelitiannya, Charisma menemukan bahwa remaja hingga usia SMA belum bisa berekspresi dengan bebas karena masih berada di bawah pengawasan orang tua.

"Saat kuliah, mereka merasakan free life. Sehingga kerap terjadi hipermoralitas atau kesan melumrahkan," papar dia.

Baca juga: Beasiswa Prestasi Kita bagi Pelajar dan Mahasiswa, Daftar di Sini

Keluarga punya peran penting dalam pencegahan

Menurut dia, moral mahasiswa di lapangan sudah bias. Mereka tidak dapat lagi membedakan mana yang baik dan buruk karena sudah hiper.

Apabila mahasiswa terjerumus ke pergaulan bebas. Bahkan mendekati atau melakukan aktivitas yang berpotensi menularkan HIV/AIDS. Langkah preventif yang paling mudah dan murah bisa diawali dari lingkungan keluarga.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com