Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Aphelion Sebabkan Batuk? Guru Besar IPB Beberkan Faktanya

Kompas.com - 26/02/2022, 07:58 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena Aphelion menjadi perhatian beberapa kalangan sejak beredarnya informasi terkait adanya hubungan fenomena aphelion sebagai penyebab batuk dan pilek.

Aphelion sendiri, merupakan istilah yang digunakan ketika posisi bumi berada pada titik terjauh dari matahari. 

Apakah dengan posisi bumi yang jauh dari matahari benar-benar bisa menyebabkan batuk dan pilek? 

Prof. Husin Alatas, Guru Besar IPB University Bidang Fisika Teori memiliki jawaban tersebut. Namun sebelum menjawab apakah benar aphelion bisa membuat batuk dan pilek, ia menjelaskan terlebih dahulu fakta-fakta mengenai aphelion. 

Baca juga: Mengapa Cuaca di Indonesia Mudah Berubah? Ini Kata Pakar Undip

Ia mengatakan, setiap tahun posisi aphelion bumi berlangsung pada kisaran awal bulan Juli.

Untuk 2022 fenomena aphelion diperkirakan akan jatuh pada 4 Juli. Sementara, titik perihelion dicapai bumi pada 4 Januari 2022 yang lalu.

"Apabila dibandingkan dengan rata-rata jarak antara bumi dengan matahari, maka penyimpangan titik aphelion hanya 1.68 persen, demikian juga dengan titik perihelion," katanya dilansir dari laman IPB University.

Hal ini menurut pengajar mata kuliah Fisika Sistem Kompleks pada Program Studi Sarjana (S1) Fisika, bersesuaian dengan nilai eksentrisitas orbit bumi yang bernilai 0.01671 atau dengan kata lain orbit bumi pada hakikatnya hampir berupa lingkaran.

Prof. Husin melanjutkan, apabila efek yang ditimbulkan oleh kemiringan poros rotasi bumi dibandingkan terhadap bidang orbit sebesar 23 derajat.

Baca juga: Kapan Waktunya Mengganti Makanan Kucing? Ini Kata Dosen IPB

Hal ini menimbulkan perbedaan musim antara bumi bagian utara dan selatan, maka efek dari aphelion dan perihelion praktis relatif sangat kecil terhadap cuaca di bumi.

"Oleh karena itu, cuaca ekstrim yang dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan seperti munculnya gejala batuk dan pilek, kecil kemungkinannya disebabkan oleh kedua posisi bumi dari matahari tersebut," kata Prof. Husin Alatas, Sekretaris Eksekutif Center for Tranadisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University ini.

Dia menambahkan, pemanasan global tampaknya berpeluang untuk lebih memberikan dampak yang signifikan bagi terjadinya kondisi cuaca ekstrim belakangan ini.

Fenomena aphelion hanya berlangsung sangat singkat dan untuk tahun 2022 ini aphelion akan terjadi pada 4 Juli 2022 pukul 14.10 Waktu Indonesia bagian Barat (WIB).

Baca juga: IPB dan Unpad Kolaborasi Dirikan Prodi Pendidikan Dokter

Jarak antara bumi dengan jarak matahari mencapai 152.098.455 kilometer. Sementara, perihelion terjadi pada 4 Januari pukul 13.52 WIB dengan jarak bumi dan matahari mencapai 147.105.052 kilometer.

"Secara fisik sulit untuk merasakan efek dari posisi aphelion dan perihelion, mengingat penyimpangan intensitas energi matahari yang sampai ke bumi dibanding dengan rata-rata tahunan hanya berkisar 3.5 persen saja," tambah Prof Husin Alatas.

Aphelion dan perihelion merupakan dinamika rutin alam yang terkait dengan orbit bumi yang berbentuk eliptik.

Oleh karena itu, tidak perlu diposisikan sebagai sebuah fenomena yang berdampak negatif bagi kesehatan yang dapat dimunculkan pada dinamika cuaca.

Baca juga: Guru Besar IPB: Hutan Indonesia Susut hingga 20 Persen di 2025

Kedua posisi istimewa bumi tersebut secara praktis berdampak relatif kecil dibanding dengan kondisi rata-rata, sehingga kecil peluangnya untuk menimbulkan kondisi perubahan cuaca yang ekstrim.

“Menghindari hoaks terkait fenomena alam yang dikaitkan dengan kondisi buruk tertentu perlu dilakukan dengan mengupayakan sikap kritis dan skeptis, dan bersandar pada sains yang benar dan bukan pada pseudo-sains,” tutup Prof. Husin Alatas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com