KOMPAS.com - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Wikan Sakarinto mengatakan, hal paling penting yang dibutuhkan industri yakni lulusan vokasi dengan soft skill.
Selain soft skill, industri juga paling membutuhkan karakter atau attitude dari lulusan pendidikan vokasi.
Di dunia industri, lanjut Wikan, hard skill tidak terlalu diutamakan karena kemampuan hard skill tumbuh sepanjang masa seiring teknologi yang akan terus berkembang.
"Yang menjadi catatan, bagaimana menciptakan soft skill ke anak-anak. Soft skill diciptakan dengan terpadu pada proses pembelajaran. Tidak ada mata kuliah soft skill tetapi melalui proyek based learning sejak semester 1," ungkap Wikan dalam acara Webinar Road To DUDI Awards 2021 'Peran Strategi Industri Dalam pembanguann SDM Vokasi', Selasa (23/11/2021).
Baca juga: Komisi X DPR Perjuangkan Kesetaraan Hak Guru Formal dan Non-Formal
Wikan menekankan, hal tersebut menjadi catatan dan kritik pada diri pendidikan vokasi itu sendiri.
Wikan menilai di politeknik, sekolah vokasi hingga SMK bisa dikatakan sudah percaya diri karena telah memasukkan unsur soft skill ke pembelajaran.
Namun menurut Wikan, hal tersebut belum sesuai dengan yang dia bayangkan.
"Selalu bilang praktik, praktik, praktik. Sebanyak 60 persen praktik dan teori 40 persen. Di dalam praktik seolah-olah mengerjakan proyek, tetapi bukan proyek based learning tapi lebih ke proyek-proyekan based learning," ungkap Wikan.
Baca juga: Pakar IPB Ungkap Kandungan Daun Pohpohan dan Kenikir di Lalapan
Wikan memberi contoh, pada mata kuliah pengelasan logam di Teknik Mesin, mahasiswa selama 90 jam dalam satu semester belajar ngelas. Tetapi yang di las bukan pesanan real dari industri.
"Yang dikerjakan hanya simulasi, setelah pengelasan selesai kemudian dibuang," imbuhnya.
Wikan menerangkan, seharusnya para mahasiswa pendidikan vokasi bisa belajar ngelas, belajar bikin animasi atau belajar bikin film atau apapun, mereka harus belajar sambil mengerjakan proyek pesanan real dari konsumen atau industri.
"Kalau itu proyek-proyekan, ketika ngelas atau bikin animasi dan hasilnya jelek, dosen tetap bisa menyatakan lulus. Tetapi jika pesanan industri, bikin alat yang harus ada proses pengelasan, pemesinan. Kalau mengerjakan tidak sesuai dengan industri yang diinginkan ketika ditolak ya tidak boleh lulus," urai Wikan.
Baca juga: Kuliah S1 Gratis di Kanada dan Tunjangan Rp 356 Juta Per Tahun, Ini Infonya
Hal ini justru yang sebenarnya harus dibawa masuk ke dalam kelas dan team work. Mahasiswa otomatis belajar dalam team work karena perlu berkomunikasi ke mahasiswa lain dalam satu tim dan berkomunikasi dengan industri.
"Ada team work dan komunikasi dengan industri. Disitulah soft skill akan terbentuk. Selama ini, proyek based learning belum terlalu kuat. Ada sih pesanan industri tapi lebih ke proyek dosen, mahasiswa bisa cari proyek sendiri," tandas Wikan.
Dalam webinar Road to DUDI Awards 2021 ini turut hadir Direktur Perencanaan dan Pelayanan Pusat Studi Apindo Soeprayitno dan Wakil Direktur Bidang Kerja Sama Usaha Polman Bandung Otto Purnawarman.
Baca juga: Dosen FSRD ITB Beberkan Jejak Seni Prasejarah di Indonesia
DUDI Awards 2021 akan digelar Desember 2021 mendatang sebagai wujud apresiasi terhadap Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang telah berkontribusi terhadap dunia pendidikan vokasi di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.