Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tabung Oksigen Langka, Rektor UGM Jelaskan Solusinya

Kompas.com - 16/07/2021, 08:15 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Informasi langkanya tabung oksigen untuk pasien Covid-19 menyedot perhatian masyarakat akhir-akhir ini. Kelangkaan pasokan oksigen terjadi seiring bertambahnya jumlah pasien Covid-19.

Dosen Departemen Teknik Kimia UGM, Prof. Panut Mulyono mengatakan salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk menjawab kelangkaan pasokan oksigen terutama di rumah sakit adalah dengan optimalisasi kapasitas unit-unit produksi yang ada di dalam negeri yang saat ini baru beroperasi 74 persen dari kapasitas terpasang.

Ada 72 persen dari produk yang ada digunakan bagi kepentingan industri dan hanya 28 persen untuk kebutuhan medis.

Baca juga: Peneliti IPB: Jahe, Kunyit, dan Temulawak Bisa Obati 30 Jenis Penyakit

‘‘Yang bisa dilakukan adalah optimalisasi kapasitas produksi unit-unit produksi yang kita miliki. Namun, dengan meningkatnya kebutuhan oksigen yang sangat besar akibat melonjaknya pasien Covid-19 di tanah air maka menerima bantuan oksigen dari negara sahabat dan impor oksigen menjadi keniscayaan demi menyelamatkan banyak pasien,“ kata Panut dilansir dari laman UGM.

Panut menuturkan untuk kondisi normal sebenarnya pasokan oksigen di tanah air saat ini tidak ada masalah.

Selain digunakan di berbagai fasilitas kesehatan seperti rumah sakit oksigen juga banyak dipakai di blast furnace untuk pembuatan baja. Ia mengatakan oksigen merupakan komponen penting dalam sintesis zat-zat kimia seperti ammonia, alkohol, dan berbagai jenis bahan plastik.

‘‘Oksigen dan asetilen juga digunakan dalam pengelasan dan metal cutting karena dapat menghasilkan suhu yang sangat tinggi. Bahan bakar roket bisa dari oksigen cair dengan suhu di bawah -183oC (minus 183 derajat Celsius),“ urai pria yang juga menjabat sebagai Rektor UGM ini.

Panut menegaskan untuk memproduksi oksigen tidaklah mudah. Apalagi dalam skala produksi rumahan. Hal ini cukup berdasar karena produksi oksigen pada prinsipnya adalah dengan memisahkan oksigen yang ada di udara dari zat lain yaitu nitrogen dan argon.

Baca juga: Spesialis Paru RSUI Jelaskan Gejala dan Penularan Varian Delta

Udara terdiri atas 78 persen nitrogen, 21 persen oksigen, dan 1 persen argon. Cara pemisahannya adalah dengan distilasi kriogenik atau Pressure Swing Adsorption (PSA). Distilasi kriogenik pada prinsipnya adalah menekan dan mendinginkan udara sehingga menjadi cair lalu oksigen, nitrogen, dan argonnya dipisahkan dengan distilasi.

‘‘Kemurnian oksigen yang dihasilkan dari distilasi kriogenik ini lebih dari 99 persen, " tuturnya.

Menurut Panut, produksi skala kecil yang cocok adalah PSA dengan prinsip udara ditekan melewati bejana yang berisi bahan penjerap, misalnya zeolit atau karbon aktif. Nitrogen terperangkap atau terjerap masuk ke pori-pori bahan isian tetapi oksigennya lolos (tidak terjerap) sehingga gas yang keluar bejana adalah oksigen dengan kemurnian 90-93 persen.

Jika bahan isiannya sudah jenuh dengan nitrogen maka operasi dihentikan dan dengan penurunan tekanan di bejana itu maka nitrogen akan keluar dari pori-pori bahan isian sehingga bisa dialirkan ke tempat lain atau dibuang.

Supaya alat bisa bekerja menghasilkan oksigen secara kontinu maka dalam alat dipasang paling sedikit dua bejana yang berisi bahan penjerap yang bekerja secara bergantian. Oksigen konsentrator portabel yang dijual di pasaran secara umum bekerja dengan PSA.

Baca juga: Dokter Mata: 6 Tips Jaga Kesehatan Mata Anak Selama Belajar Daring

Cara lain produksi oksigen adalah elektrolisis air yang menghasilkan oksigen murni dan hidrogen murni. Oksigen keluar dari sisi anoda (+) dan hidrogen keluar dari sisi katoda (-). Cara ini membutuhkan energi listrik yang besar.

Alternatif lain produksi oksigen dengan kadar sekitar 95 persen juga dapat dilakukan dengan pemisahan nitrogennya menggunakan membran.

Dengan masih adanya kelangkaan pasokan oksigen terutama di fasilitas kesehatan ini, UGM juga mengambil andil mengatasi tabung oksigen yang langka. 

Menurut Panut, UGM akan berusaha bekerja sama dengan alumni yang bekerja di industri kimia di mana ada unit produksi oksigen, seperti industri pupuk dan industri methanol sintetis. Namun, diakuinya, banyaknya rumah sakit yang sama-sama memerlukan oksigen maka hal itu tidak mudah karena harus ada pembagian secara nasional.

“Saya kira para dokter di rumah sakit sudah menerapkan standar penggunaan oksigen bagi para pasien dengan baik. Yang bisa dilakukan itu tadi optimalisasi kapasitas produksi unit-unit produksi yang kita miliki sehingga mencapai 100 persen kapasitas terpasang,“pungkas Panut ketika ditanya bagaimana usaha mengatasi kelangkaan oksigen di rumah sakit-rumah sakit.

Dia juga menerangkan bahwa dengan banyaknya pasien yang tidak tertampung di kamar rawat inap standar rumah sakit maka kebutuhan tabung oksigen yang dapat digeser mengikuti posisi pasien juga menjadi persoalan tersendiri. Jadi, pengadaan tabung oksigen juga harus diusahakan secepatnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com