Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Bagi mereka yang tengah menjalani diet ketat atau diet karbo, bihun bisa menjadi solusi pengganti nasi atau lontong tanpa mengurangi kelezatannya. Bihun tidak mengandung lemak. Nilai karbohidratnya juga sangat minim (192 kalori per porsi).
Sementara untuk mereka yang memiliki masalah kolesterol, tidak perlu khawatir. Soto Lamongan menjadi opsi yang tepat dan lezat sebab varian soto itu memakai daging Ayam Kampung yang mempunyai kandungan lemak lebih rendah dari jenis ayam atau daging lainnya.
Soto Lamongan mamakai daging Ayam Kampung agar saat diiris menyamping (disuwir-suwir), dagingnya tak mudah hancur karena teksturnya lebih padat.
Daging Ayam Kampung terkenal karena rasanya yang lebih gurih ketika diracik menjadi soto. Dagingnya menghasilkan kaldu yang jauh lebih pekat dan umami.
Selain itu, proses peternakannya alami tanpa pakan atau obat-obat kimia yang membuat daging Ayam Kampung jarang sekali menimbulkan alergi dan tentunya lebih ramah bagi kesehatan.
Sentuhan garnish telur rebus selain dapat mempercantik tampilan juga menambah cita rasa. Kombinasinya terasa sempurna di dalam pekatnya kaldu Ayam Kampung.
Apalagi sumber pangan hewani itu juga mengandung protein tinggi. Terdapat segudang manfaat dalam mengonsumsi telur rebus, antara lain meningkatkan metabolisme tubuh, mengurangi risiko penyakit jantung, menjaga kesehatan otak dan mata, serta masih banyak lagi.
Dengan mengonsumsi Ayam Kampung dan telur, kita juga sekaligus membantu saudara-saudara kita yang terlibat dalam sektor UMKM dan peternakan skala kecil agar mereka mampu bertahan di kondisi ekonomi yang sulit. Sebuah upaya kecil, tetapi sangat berharga dan krusial untuk kebaikan dan kesejahteraan bersama.
Baca juga: 7 Tempat Makan Soto Lamongan di Surabaya, Harga Mulai Rp 13.000
Soto Lamongan adalah cara yang paling elegan serta sehat untuk mengonsumsi ayam dan telur dalam satu olahan yang lezat. Keduanya melesap mesra di dalam mangkuk yang sama. Tunggu apa lagi?
Kuliner Nusantara bukan hanya sekadar pemuas lidah dan pengenyang perut saja, melainkan juga sebuah kebanggaan pada hasil warisan budaya. Menjadi perlu bagi kita untuk melestarikannya.
Food is not rational. Food is culture, habit, craving and identity. – Jonathan Safran
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.