Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena La Nina Diprediksi Akhir 2021, Apa Dampaknya ke Petani dan Nelayan?

Kompas.com - 31/10/2021, 05:57 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan agar masyarakat bersiap dan waspada menghadapi La Nina yang diprediksi terjadi pada akhir 2021.

Sebab, La Nina mengancam ketahanan pangan Indonesia, terutama melalui sektor pertanian dan perikanan.

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, ancaman ketahanan pangan itu terjadi karena La Nina berpotensi merusak tanaman akibat banjir, hama, dan penyakit tanaman.

Oleh karena itu, kata Dwikorita, pemerintah harus memberi perhatian lebih pada dua sektor tersebut.

"Selain itu, La Nina mengurangi kualitas produk karena tingginya kadar air," ujar Dwikorita dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (29/10/2021).

Dwikorita memberi gambaran, pada sektor perikanan, pasokan ikan akan berkurang drastis lantaran nelayan tak bisa melaut.

Jikalau dipaksakan melaut pun, hasil tangkapannya tak akan maksimal karena tingginya gelombang.

Alhasil, harga hasil laut di pasaran akan cenderung mahal.

Baca juga: Kemenhub Siapkan Rencana Mitigasi Bencana Hadapi Badai La Nina

Peringatan dini La Nina

La Nina merupakan fenomena mendinginnya Suhu Muka Laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur hingga melewati batas normalnya.

Kondisi tersebut memengaruhi sirkulasi udara global yang mengakibatkan udara lembab mengalir lebih kuat dari Samudra Pasifik ke arah Indonesia.

Akibatnya, di wilayah Indonesia banyak terbentuk awan dan kondisi ini diprediksi bisa meningkatkan curah hujan sebagian besar wilayah tanah air.

Menurut Dwikorita, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini terhadap ancaman datangnya La Nina menjelang akhir tahun ini.

Berdasarkan pemantauan terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina yaitu sebesar -0.61 pada dasarian I Oktober 2021.

Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan Indonesia harus segera bersiap La Nina yang diperkirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah-sedang, setidaknya hingga Februari 2022.

Baca juga: Berpotensi Terjadi di Akhir Tahun, Fenomena La Nina Bisa Mengancam Ketahanan Pangan

Dampak positif La Nina

Walau diperkirakan mengancam ketahanan pangan, masih ada dampak positif yang dibawa La Nina bagi petani dan pekerja sektor kelautan.

La Nina menyediakan pasokan air yang berpotensi meningkatkan produktivitas pertanian.

Sementara, bagi pekerja di sektor kelautan, La Nina membuat perluasan area pasang surut wilayah pesisir yang dimanfaatkan oleh nelayan tambak budidaya dan garam.

Belajar dari La Nina 2020

Jika melihat kejadian La Nina 2020, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Januari.

Terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTT, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan.

Dwikorita menjelaskan, prediksi untuk La Nina tahun ini relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20-70 persen di atas normalnya.

Baca juga: Antisipasi Dampak La Nina, Ganjar Ajak Warga Gunakan Kearifan Lokal Jadi Early Warning System Bencana

BMKG juga memperkirakan bahwa sebagian wilayah Indonesia yang akan memasuki periode musim hujan mulai Oktober 2021, meliputi wilayah:

  • Aceh bagian timur
  • Riau bagian tenggara
  • Jambi bagian barat
  • Sumatra Selatan bagian tenggara
  • Bangka Belitung
  • Banten bagian barat
  • Jawa Barat bagian tengah
  • Jawa Tengah bagian barat dan tengah
  • Sebagian DI Yogyakarta
  • Sebagian kecil Jawa Timur
  • Kalimantan Tengah bagian timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara.

Beberapa wilayah Indonesia lainnya akan memasuki musim hujan pada November hingga Desember 2021 secara bertahap dalam waktu yang tidak bersamaan.

Secara umum, hingga November 2021, diperkirakan 87,7 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan.

Pada akhir Desember 2021, BMKG memperkirakan 96,8 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan.

"Sebagai langkah mitigasi guna meminimalkan risiko, BMKG terus melakukan Sekolah Lapang Iklim (SLI) dan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN). Karena meski La Nina adalah ancaman, namun di sisi lain ada hal positif yang juga dibawa," kata Dwikorita.

Baca juga: BNPB Ingatkan Masyarakat dan Pemda Antisipasi Potensi Dampak La Nina

Antisipasi BNPB soal fenomena La Nina

Merespons kemungkinan La Nina, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di 34 provinsi untuk mengambil langkah kesiapsiagaan menghadapi fenomena ini.

Hal itu bertujuan untuk mencegah maupun menghindari dampak buruk bahaya hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang, yang dipicu fenomena tersebut.

"Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina tahun 2020 menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia hingga 20 persen sampai dengan 70 persen dari kondisi normalnya," pesan Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi, dikutip dari laman BNPB, Jumat (29/10/2021).

Ia menekankan, peningkatan curah hujan itu berpotensi memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.

Baca juga: Fenomena La Nina Diprediksi Akhir 2021, Apa Dampaknya untuk Indonesia?

Menyikapi potensi bahaya dampak La Nina, Prasinta mengharapkan BPBD provinsi untuk mewaspadai dan menginstruksikan BPBD di tingkat kabupaten dan kota melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan.

Ia juga mengingatkan, pihaknya telah memiliki informasi kerawanan bencana di tingkat desa atau kelurahan.

Informasi tersebut dapat diakses pada Katalog Desa Rawan Bencana, sedangkan pada konteks risiko, pemerintah daerah maupun masyarakat dapat melihat pada laman atau aplikasi inaRISK.

Mengantisipasi dampak bencana hidrometeorologi basah, pihaknya meminta adanya persiapan dini terkait sumber daya manusia, logistik, peralatan, dan persiapan fasilitas layanan kesehatan sesuai dengan penerapan protokol kesehatan dalam penanganan Covid-19.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Dandy Bayu Bramasta | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com