Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senjata Nuklir Global Diprediksi Meningkat untuk Pertama Kali Sejak Era Perang Dingin

Kompas.com - 18/06/2022, 06:00 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Persenjataan nuklir di dunia diprediksi akan meningkat cukup besar di masa depan. Peningkatan tersebut terjadi untuk pertama kalinya sejak era perang dingin.

Oleh sebab itu, risiko dari penggunaan senjata nuklir pun akan menjadi yang paling tinggi dalam tahun-tahun mendatang dibandingkan beberapa dekade sebelumnya.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Senin (13/6/2022), kondisi tersebut berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan lembaga think tank Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).

Dilansir dari Reuters melalui KOMPAS.com, invasi Rusia ke Ukraina dan dukungan negara-negara Barat kepada Kyiv telah meningkatkan ketegangan sembilan negara pemilik senjata nuklir di dunia.

Baca juga: Ratusan Tentara Rusia Dipecat karena Menolak Perang dengan Ukraina

Jumlah persenjataan nuklir sempat mengalami sedikit penurunan pada Januari 2021 hingga Januari 2022.

SIPRI mengatakan, persediaan hulu ledak nuklir global dapat meningkat untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir akibat tindakan yang diambil oleh negara bersenjata nuklir.

“Semua negara bersenjata nuklir meningkatkan persenjataannya dan sebagian besar mempertajam retorika dan peran senjata nuklir dalam strategi militer mereka,” kata Direktur Program Senjata Pemusnah Massal SIPRI, Wilfred Wan.

“Ini adalah tren yang sangat mengkhawatirkan,” imbuhnya dalam buku tahunan SIPRI 2022.

Tiga hari setelah invasi Rusia ke Ukraina, yang disebut Kremlin sebagai “operasi militer khusus”, Presiden Rusia Vladimir Putin memasang penangkal nuklir dalam siaga tinggi.

Baca juga: Pasokan Pupuk Indonesia Terancam Akibat Perang Rusia-Ukraina

Putin juga memperingatkan konsekuensi yang akan ditanggung terhadap negara-negara yang menghalangi jalan Rusia.

Rusia disebut memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia dengan total 5.977 hulu ledak, atau sekira 550 lebih banyak dari Amerika Serikat (AS).

Kedua negara, AS dan Rusia, memiliki lebih dari 90 persen hulu ledak dunia. Sementara itu, SIPRI menambahkan, China diperkirakan memiliki lebih dari 300 silo rudal baru.

SIPRI menjelaskan, jumlah hulu ledak nuklir global turun dari 13.080 pada Januari 2021 menjadi 12.705 pada Januari 2022.

3.732 hulu ledak diprediksi akan dikerahkan dengan rudal dan pesawat, dan sekira 2.000, hampir semuanya milik Rusia atau AS, disimpan dalam status kesiapan yang tinggi.

“Hubungan antara kekuatan besar dunia semakin memburuk pada saat umat manusia menghadapi serangkaian tantangan bersama yang mendesak, yang hanya dapat diatasi dengan kerja sama internasional,” kata Ketua Dewan SIPRI, Stefan Lofven.

(Penulis: Danur Lambang Pristiandaru)

Sumber: KOMPAS.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com