KOMPAS.com - Patah hati ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental dan fisik orang yang mengalaminya.
Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Rabu (1/6/2022), Antropolog biologi dan penulis Anatomy of Love, Hellen Fisher mengatakan pada Tech Insider bahwa seseorang dapat mengalami penurunan emosional saat menghadapi penolakan alias patah hati.
Dia menambahkan, kecemasan yang terjadi akibat suatu perpisahan dengan sesuatu atau orang lain itu disebut separation anxiety.
“Ketika terpisah dari seseorang dan menjadi cemas, Anda ingin dia mengirim pesan teks, ingin mengatakan bahwa Anda menginginkannya, atau menelponnya dan memberi tahu bahwa Anda masih menyayanginya,” kata Fisher.
Fisher menjelaskan, jika seseorang yang patah hati otaknya dites dengan pemindai otak, daerah otak yang terkait dengan kecanduan akan menjadi aktif.
Baca juga: Ilmuwan Prediksi Bumi Akan Kacau Akibat Perilaku Manusia
Kondisi tersebut terjadi karena ketika seseorang dicampakkan oleh orang lain, sebenarnya orang yang ditinggalkan bisa merasa lebih mencintai orang yang meninggalkan.
Fisher menyebut kondisi itu sebagai ‘daya tarik frustasi’, yaitu usaha lebih keras dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan namun tidak bisa didapatkannya.
Tidak hanya memiliki dampak emosional, orang yang mengalami patah hati berat dapat menimbulkan broken heart syndrome atau sindrom patah hati.
Institute of Human Anatomy menyatakan bahwa broken heart syndrome sebenarnya bukanlah nama yang tepat untuk kondisi tersebut.
Kondisi ini lebih dikenal dengan sebutan Takatsubo Cardiomyopathy, yang merupakan bahasa Jepang untuk “masalah otot jantung yang terlihat seperti perangkap gurita”.
Baca juga: Aroma Paling Menyenangkan di Dunia Menurut Studi Ilmuwan
Nama tersebut digunakan untuk menggambarkan kondisi jantung yang menggelembung dan tampak seperti kendi yang dipakai untuk menangkap gurita.
Akan tetapi, peneliti masih belum mengetahui patofisiologi yang tepat untuk kondisi tersebut. Selain itu, pasien dengan kondisi ini biasanya menderita semacam trauma emosional sebelumnya.
Tak hanya trauma emosional, peneliti menemukan adanya katekolamin, atau dikenal juga sebagai adrenalin.
Jika seseorang mengalami trauma emosional, jantung akan berdetak kencang dan tingkatan adrenalin pun akan melonjak. Lonjakan adrenalin itulah yang dapat menyebabkan Takotsubo Cardiomyopathy.
Institute of Human Adrenaline percaya bahwa tidak hanya karena trauma emosional atau adrenalin, melainkan banyak hal yang terjadi di saat yang bersamaan juga dapat menyebabkan kondisi itu terjadi.
Baca juga: Fakta-fakta Virus NeoCov yang Diklaim Ilmuwan China sebagai Varian Covid Baru