Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Ungkap 12 Fakta Gempa Bawean, Berpusat di Sesar Tua Pola Meratus

Kompas.com - 25/03/2024, 07:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan 12 fakta gempa yang terjadi di Pulau Bawean Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada Jumat (22/3/2024).

Gempa beruntun itu pertama kali terjadi dengan magnitudo 5,9 pada pukul 11.22 WIB. Kemudian, pada pukul 15.52 WIB, terjadi gempa susulan dengan magnitudo lebih kuat, yaitu 6,5.

Hingga Minggu (24/3/2024) pukul 10.00 WIB, BMKG mencatat adanya gempa susulan sebanyak 239 kali.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, Gempa Bawean bersifat merusak atau destruktif.

"Gempa ini menimbulkan dampak kerusakan bangunan tidak hanya di Pulau Bawean, tetapi kerusakan akibat gempa juga terjadi di Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru," kata Daryono kepada Kompas.com, Minggu (24/3/2024).

Gempa Bawean diketahui merusak ribuan bangunan rumah warga dan fasilitas umum, seperti tempat ibadah, sekolah, pondok pesantren, kantor balai desa, serta RSUD Umar Mas’ud di Gresik.

Sebanyak 9.648 warga Pulau Bawean terpaksa mengungsi akibat rentetan gempa tersebut. Mereka mengaku masih trauma dengan adanya gempa susulan.

Baca juga: Kata Ahli soal Semburan Air Panas Muncul di Bawean Usai Gempa

Fakta gempa Bawean

Berikut Kompas.com merangkum fakta Gempa Bawean, Gresik, Jawa Timur.

1. Gempa kerak dangkal

Daryono mengatakan, Gempa Bawean merupakan jenis gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake.

Gempa ini terjadi dipicu karena adanya aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser atau mendatar (strike-slip) di Laut Jawa.

2. Gempa bersifat merusak

Gempa Bawean termasuk gempa yang bersifat merusak atau destruktif.

Gempa ini menimbulkan dampak kerusakan bangunan tidak hanya di Pulau Bawean. Kerusakan juga terjadi di Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru.

Dikutip dari Kompas.id, Gempa Bawean merusak 4.300 bangunan di Pulau Bawean. Kerusakan paling banyak terjadi di Kecamatan Tambak, yakni 2.200 bangunan. Di Kecamatan Sangkapura, gempa merusak 2.100 bangunan.

Di Tambak, 1.051 rumah rusak ringan, 736 rumah rusak sedang, dan 269 rusak berat atau total 2.056 rumah yang rusak akibat gempa.

Di Sangkapura, tercatat 1.378 rumah rusak ringan, 272 rumah rusak sedang, dan 377 rumah rusak berat atau total 2.027 rumah.

Baca juga: Gempa Bumi Lisbon 1755, Bencana Alam Besar Pertama di Era Manusia Modern

3. Gempa dengan guncangan spektrum luas

Dampak guncangan Gempa Bawean dirasakan hingga jauh, yaitu meliputi daerah Banjarmasin, Banjarbaru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo, Yogyakarta, Kulon Progo, dan Kebumen,

4. Gempa tidak berpotensi tsunami

Hasil pemodelan tsunami BMKG menunjukkan, Gempa Bawean tidak berpotensi tsunami.

Data lapangan hasil monitoring muka laut dengan menggunakan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban menunjukkan muka laut yang normal tanpa ada anomali catatan tsunami.

"Tampaknya gempa magnitudo M6,5 belum dapat menimbulkan deformasi dasar laut yang dapat mengganggu kolom air laut, di samping mekanisme sumber gempanya yang berupa sesar geser/mendatar tidak produktif dalam membangkitkan tsunami," terang Daryono.

Baca juga: Terungkap, Penyebab Kekuatan Gempa Tuban Bertambah dari M 6,0 Jadi M 6,5

5. Gempa berpusat di zona aktivitas kegempaan rendah

Gempa Bawean berpusat di zona aktivitas kegempaan rendah (low seismicity) sehingga masyarakat awam menilai gempa tersebut sebagai “gempa tidak lazim”.

Hal ini karena gempa terjadi di wilayah yang jarang terjadi gempa dangkal.

Selama ini wilayah Laut Jawa lazimnya menjadi episenter gempa-gempa hiposenter dalam (deep focus) akibat deformasi slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia tepatnya di bawah Laut Jawa dengan kedalaman sekitar 500-600 km.

6. Gempa berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus

Wilayah Laut Jawa utara Jawa Timur secara geologi dan tektonik berada pada zona Sesar Tua Pola Meratus yang mengindikasikan keberadaan jejak sesar-sesar atau patahan berusia tua.

Gempa Bawean membuktikan bahwa jalur sesar di Laut Jawa masih aktif.

"(Ini) sekaligus menjadi pengingat kita untuk selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat Pulau Bawean yang berpenduduk," kata Daryono.

Ia menyampaikan bahwa gempa susulan dapat terjadi berulang kapan saja.

Meskipun termasuk dalam zona kegempaan rendah, Laut Jawa utara Jawa Timur tetap memiliki potensi gempa karena secara geologi dan tektonik terdapat jalur Sesar Tua Pola Meratus.

"Sulit untuk mengatakan sebuah zona sesar tua (sutur) disebut stabil dan aman dari gempa, karena sudah banyak bukti aktivitas gempa yang terjadi di zona stabil dimana terdapat sutur, contohnya di Benua Australia," imbuh Daryono.

Meskipun masih dalam perdebatan terkait “residual stress” tetapi fakta menunjukkan bahwa zona stabil masih bisa terjadi gempa dimana energi gempa sangat mungkin terbangun dari “super slow stress accumulation”.

Baca juga: Analisis Gempa Susulan Tuban M 6,5 Hari Ini, Tidak Berpotensi Tsunami

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com