Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ritual Penguburan Anak Gajah di India, Posisi Kaki di Atas dan Berkabung 40 Menit Sebelum Pergi

Kompas.com - 09/03/2024, 08:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gajah Asia tertangkap kamera sengaja menguburkan tubuh anaknya yang meninggal dan berkabung selama beberapa menit.

Lima anak gajah yang terkubur ditemukan di drainase sebuah perkebunan teh di Benggala Barat bagian utara, India.

Uniknya, laporan ilmiah di Journal of Threatened Taxa (2024) itu menemukan, semua anakan gajah dikubur dengan posisi telentang dan kaki yang mengintip dari tanah.

Laporan disusun oleh Petugas Dinas Kehutanan India, Parveen Kaswan, serta peneliti dari Indian Institute of Science Education and Research (IISER) India, Akashdeep Roy, yang menghabiskan 16 bulan meninjau literatur terkait penguburan gajah.

Hasilnya, mereka menemukan lima laporan kasus yang mendokumentasikan perilaku penguburan yang sangat terorganisir.

"Mereka sangat menyadari tindakannya," kata Roy, dikutip dari Live Science.

Baca juga: Kisah Penyelamatan Anak Gajah yang Terperosok Lubang, Sang Induk Bertaruh Nyawa Menemani


Gajah Asia berkabung sebelum tinggalkan makam

Jejak kaki dan kotoran dengan berbagai ukuran di area sekitar menunjukkan bahwa anggota kawanan gajah dari segala usia berkontribusi pada setiap penguburan.

Penjaga malam di perkebunan turut melaporkan suara gajah yang keras selama 30 hingga 40 menit sebelum mereka meninggalkan area tersebut.

Roy berpendapat, suara mirip trompet itu mungkin menandakan duka yang mendalam selama pemakaman.

Suara tersebut juga menjadi tanda bahwa gajah menunjukkan perilaku menolong dan penuh kasih sayang selama penguburan.

"Penguburan anak gajah adalah kejadian yang sangat langka di alam," kata Roy.

Baca juga: Studi Ungkap Ikan Kecil Ini Bisa Mengeluarkan Suara Lebih Keras daripada Gajah

Menurut Roy, kaki menghadap ke atas mungkin posisi yang paling mudah untuk menempatkan jasad gajah ke dalam drainase.

"Ini juga merupakan posisi di mana lebih dari satu anggota kawanan dapat berpartisipasi dalam proses penguburan," lanjutnya.

Sebagai hewan sosial, Roy menilai, yang paling penting bagi gajah adalah mengubur kepala jasad anaknya.

Terlebih, penguburan dengan posisi kepala di bawah menghindari bangkainya dimakan oleh hewan karnivora.

Pihaknya kemudian menggali kuburan anak gajah untuk diperiksa. Hasilnya, anak gajah yang meninggal memiliki usia beragam, berkisar 3 bulan hingga 1 tahun.

Beberapa dari mereka pun diperkirakan meninggal dunia karena mengalami kekurangan gizi dan infeksi.

Sementara itu, bukti luka memar di sepanjang punggung anak gajah menunjukkan mereka diseret atau dibawa dari jauh oleh kawanan ke lokasi pemakaman.

Baca juga: Kisah Pai Lin, Gajah Thailand yang Cacat Permanen akibat Sering Angkut Wisatawan Selama 25 Tahun

Gajah Asia hindari berjalan di area pemakaman

Ilustrasi gajah Asia Unsplash Ilustrasi gajah Asia

Dilansir dari New Scientistgajah Asia atau Elephas maximus dalam penelitian ini umumnya menghindari kembali ke lokasi pemakaman dan justru menggunakan jalur alternatif.

Kondisi ini jauh berbeda dengan gajah semak Afrika (Loxodonta africana) yang kerap menutupi jasad kawanannya dengan tumbuhan dan masih kembali ke lokasi tersebut.

Roy mengungkapkan, perilaku itu mungkin berhubungan dengan gajah yang menganggap jalan dan area tersebut sebagai kenangan buruk atau memberi penghormatan kepada keluarganya.

"Mereka sengaja memilih perkebunan teh karena tidak bisa menguburkan bangkai di desa imbas tingginya gangguan manusia," tutur Roy.

"Mereka juga tidak bisa melakukannya di dalam hutan yang tidak memiliki drainase yang sudah dibangun dan mengetahui ketidakmampuan mereka menggali lubang besar di zona biogeografis ini," sambungnya.

Baca juga: Viral, Video Pegawai KLHK Riau Ngamuk Saat Gajah Disebut Ganggu Permukiman Warga, Ternyata Ini Faktanya

Terpisah, ahli ekologi terapan dan konservasi gajah dari Oklahoma City Zoo and Botanical Garden, Amerika Serikat, Chase LaDue mengakui hasil pengamatan sebagai bukti kompleksitas sosial mamalia ini.

"Peneliti lain mencatat, gajah tampaknya berperilaku unik terhadap kerabat mereka yang telah meninggal," kata dia.

Namun, penelitian gajah Asia di India ini menjadi studi pertama yang menggambarkan penguburan anak gajah secara metodis.

LaDue pun mengatakan, manusia harus berhati-hati dalam menafsirkan perilaku gajah karena kehidupan mental dan emosional hewan ini sebagian besar masih misterius.

Dia juga tidak yakin bahwa penempatan kaki menghadap ke atas memang disengaja. LaDue membayangkan, gajah akan mendorong anaknya yang mati ke dalam selokan sempit.

"Mengingat bentuk dan distribusi beratnya yang aneh, anak gajah tersebut mendarat telentang dengan kaki terangkat," kata Ladue.

"Kemudian karena kedalaman drainase yang dangkal, kaki-kaki tersebut dibiarkan tidak terkubur, bukan karena sengaja mengubur kepalanya, melainkan karena topografi lokasi pemakaman yang unik," lanjutnya.

Baca juga: Kawanan Gajah Lari dari Cagar Alam, seperti Ini Jejak yang Ditinggalkan Sepanjang 500 Kilometer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com