Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ritual Penguburan Anak Gajah di India, Posisi Kaki di Atas dan Berkabung 40 Menit Sebelum Pergi

KOMPAS.com - Gajah Asia tertangkap kamera sengaja menguburkan tubuh anaknya yang meninggal dan berkabung selama beberapa menit.

Lima anak gajah yang terkubur ditemukan di drainase sebuah perkebunan teh di Benggala Barat bagian utara, India.

Uniknya, laporan ilmiah di Journal of Threatened Taxa (2024) itu menemukan, semua anakan gajah dikubur dengan posisi telentang dan kaki yang mengintip dari tanah.

Laporan disusun oleh Petugas Dinas Kehutanan India, Parveen Kaswan, serta peneliti dari Indian Institute of Science Education and Research (IISER) India, Akashdeep Roy, yang menghabiskan 16 bulan meninjau literatur terkait penguburan gajah.

Hasilnya, mereka menemukan lima laporan kasus yang mendokumentasikan perilaku penguburan yang sangat terorganisir.

"Mereka sangat menyadari tindakannya," kata Roy, dikutip dari Live Science.

Gajah Asia berkabung sebelum tinggalkan makam

Jejak kaki dan kotoran dengan berbagai ukuran di area sekitar menunjukkan bahwa anggota kawanan gajah dari segala usia berkontribusi pada setiap penguburan.

Penjaga malam di perkebunan turut melaporkan suara gajah yang keras selama 30 hingga 40 menit sebelum mereka meninggalkan area tersebut.

Roy berpendapat, suara mirip trompet itu mungkin menandakan duka yang mendalam selama pemakaman.

Suara tersebut juga menjadi tanda bahwa gajah menunjukkan perilaku menolong dan penuh kasih sayang selama penguburan.

"Penguburan anak gajah adalah kejadian yang sangat langka di alam," kata Roy.

Menurut Roy, kaki menghadap ke atas mungkin posisi yang paling mudah untuk menempatkan jasad gajah ke dalam drainase.

"Ini juga merupakan posisi di mana lebih dari satu anggota kawanan dapat berpartisipasi dalam proses penguburan," lanjutnya.

Sebagai hewan sosial, Roy menilai, yang paling penting bagi gajah adalah mengubur kepala jasad anaknya.

Terlebih, penguburan dengan posisi kepala di bawah menghindari bangkainya dimakan oleh hewan karnivora.

Pihaknya kemudian menggali kuburan anak gajah untuk diperiksa. Hasilnya, anak gajah yang meninggal memiliki usia beragam, berkisar 3 bulan hingga 1 tahun.

Beberapa dari mereka pun diperkirakan meninggal dunia karena mengalami kekurangan gizi dan infeksi.

Sementara itu, bukti luka memar di sepanjang punggung anak gajah menunjukkan mereka diseret atau dibawa dari jauh oleh kawanan ke lokasi pemakaman.

Dilansir dari New Scientist, gajah Asia atau Elephas maximus dalam penelitian ini umumnya menghindari kembali ke lokasi pemakaman dan justru menggunakan jalur alternatif.

Kondisi ini jauh berbeda dengan gajah semak Afrika (Loxodonta africana) yang kerap menutupi jasad kawanannya dengan tumbuhan dan masih kembali ke lokasi tersebut.

Roy mengungkapkan, perilaku itu mungkin berhubungan dengan gajah yang menganggap jalan dan area tersebut sebagai kenangan buruk atau memberi penghormatan kepada keluarganya.

"Mereka sengaja memilih perkebunan teh karena tidak bisa menguburkan bangkai di desa imbas tingginya gangguan manusia," tutur Roy.

"Mereka juga tidak bisa melakukannya di dalam hutan yang tidak memiliki drainase yang sudah dibangun dan mengetahui ketidakmampuan mereka menggali lubang besar di zona biogeografis ini," sambungnya.

Terpisah, ahli ekologi terapan dan konservasi gajah dari Oklahoma City Zoo and Botanical Garden, Amerika Serikat, Chase LaDue mengakui hasil pengamatan sebagai bukti kompleksitas sosial mamalia ini.

"Peneliti lain mencatat, gajah tampaknya berperilaku unik terhadap kerabat mereka yang telah meninggal," kata dia.

Namun, penelitian gajah Asia di India ini menjadi studi pertama yang menggambarkan penguburan anak gajah secara metodis.

LaDue pun mengatakan, manusia harus berhati-hati dalam menafsirkan perilaku gajah karena kehidupan mental dan emosional hewan ini sebagian besar masih misterius.

Dia juga tidak yakin bahwa penempatan kaki menghadap ke atas memang disengaja. LaDue membayangkan, gajah akan mendorong anaknya yang mati ke dalam selokan sempit.

"Mengingat bentuk dan distribusi beratnya yang aneh, anak gajah tersebut mendarat telentang dengan kaki terangkat," kata Ladue.

"Kemudian karena kedalaman drainase yang dangkal, kaki-kaki tersebut dibiarkan tidak terkubur, bukan karena sengaja mengubur kepalanya, melainkan karena topografi lokasi pemakaman yang unik," lanjutnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/09/083000365/ritual-penguburan-anak-gajah-di-india-posisi-kaki-di-atas-dan-berkabung-40

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke