Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Guru SMA Kena Gejala Mirip Flu, Berakhir Tangan dan Kaki Diamputasi

Kompas.com - 07/03/2024, 13:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sherri Moody (51) yang bekerja sebagai guru SMA di Texas, Amerika Serikat terbiasa mengalami flu setahun sekali. Sayangnya, gejala mirip flu yang dialaminya pada 2023 berujung pada amputasi pada beberapa bagian tubuhnya.

Pada April 2023, Sherri mengikuti karyawisata bersama muridnya. Saat itu, dia mulai merasa tidak enak badan, layaknya gejala flu.

Awalnya Sherri tidak menganggap kondisi ini sebagai masalah besar.

Beberapa hari kemudian, gejala mirip flu itu menjadi lebih serius. Sherri menjadi lesu, terkena demam tinggi, muntah, dan kesulitan bernapas. Sang suami, David (53) pun memaksanya untuk pergi ke rumah sakit.

“Saya belum pernah pergi ke UGD sebelumnya dalam hidup saya. Saya sangat sehat, sangat bugar. Saya makan dengan benar, berolahraga," ujar Sherri, diberitakan People (27/2/2024).

Hasil pemeriksaan menunjukkan, Sherri menderita pneumonia ganda yang menyerang kedua paru-parunya akibat bakteri Streptococcus.

Baca juga: Batuk, Demam, dan Sakit Kepala, Kenali 9 Gejala Pneumonia yang Perlu Diwaspadai Berikut Ini


Alami pneumonia dan sepsis

Orang yang mengidap pneumonia Streptococcus akan mengalami gejala yang sekilas mirip flu, termasuk demam menggigil, batuk, kesulitan bernapas, dan nyeri dada.

Dokter juga memberi tahu keluarga bahwa Sherri menderita sepsis atau peradangan ekstrem akibat infeksi tersebut.

Sepsis adalah reaksi berlebihan dari sistem imun tubuh dalam melawan infeksi, dan kondisi ini biasanya bisa mengancam jiwa.

Dokter tidak tahu Sherri tertular bakteri penyebab infeksi selama karyawisata sekolah atau sebelum itu. Namun, mayoritas penderita infeksi terjadi karena tertular di tempat kerja, sekolah, atau rumah.

Kondisi Sherri semakin rumit karena perempuan itu mengonsumsi obat penekan sistem kekebalan tubuh untuk mengobati penyakit rheumatoid arthritis.

Obat tersebut meringankan gejala gangguan autoimun dengan menekan sistem kekebalan tubuh, namun akibatnya, obat tadi dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk melawan infeksi.

Sherri menganggap kondisinya saat itu sebagai "badai yang sempurna". Sang suami menyebutnya, "berperang melawan penyakit tanpa senjata".

Baca juga: Risiko Penyakit Diabetes pada Kaki, Bisa Berujung Amputasi

Kondisi memburuk dan diamputasi

Sherri Moody saat jalani perawatan dan amputasi di rumah sakit akibat pneumonia.Dok. Stephanie Harrison Sherri Moody saat jalani perawatan dan amputasi di rumah sakit akibat pneumonia.
Dua hari setelah pulang dari UGD, Sherri mengalami komplikasi syok septik ginjal. Keadaan ini menyebabkan tekanan darah sangat rendah dan kegagalan organ.

Saat itu, paru-paru dan ginjal Sherri mulai mati. Dokter terpaksa membuat Sherri koma dengan diinduksi secara medis. Tindakan ini dilakukan agar dokter dapat menyelamatkan nyawanya di UGD.

Metode pengobatannya dengan pemberian obat vasopresor untuk menjalankan organ tubuh. Namun, obat ini memiliki efek samping menyempitkan pembuluh darah, menghambat aliran darah, dan memaksa jantung bekerja lebih keras.

Hal ini menyebabkan nekrosis atau kematian sel dan jaringan, yang akhirnya berakhir pada  amputasi. .

“Saya benar-benar menyaksikan kaki dan tangan istri saya mati. Semua jadi hitam dan mirip mumi," ujar David, dikutip dari Today (27/2/2024).

Ketika bangun dari koma, Sherri mengetahui dokter menyelamatkan nyawanya tapi tidak bisa menyelamatkan anggota tubuhnya.

Kakinya diamputasi dari bawah lutut pada Juni 2023. Lengannya diamputasi dari bawah siku bulan berikutnya. Sherri baru pulang pada Agustus setelah dirawat empat bulan di rumah sakit dan satu bulan di fasilitas rehabilitasi.

Baca juga: 3 Penyebab Infeksi Pneumonia, Faktor Risiko, dan Gejalanya

Berusaha positif meski sulit

Sherri kini menggunakan kursi roda listrik untuk beraktivitas. Dia menggunakan karet di lengannya untuk memegang garpu saat makan.

Ibu dari satu anak laki-laki itu mengaku punya mental yang kuat. Namun, dia tetap merasa frustrasi karena kehilangan kemandirian dan tidak mampu melakukan hobinya membuat kue.

“Saya hanya memilih untuk bahagia. Bukan berarti saya tidak mengalami gangguan mental sesekali dan hanya menangis sedikit. Saya tidak membiarkannya bertahan lama," katanya.

Sherri juga mendapatkan dukungan dari orang-orang sekitarnya yang membantu menggalang dana dan membuat halaman khusus di Facebook. Sementara itu, David keluar dari pekerjaannya demi merawat Sherri penuh waktu.

Sayangnya, Sherri perlu menjalani perawatan selama tiga hari seminggu. Karena itu, dia belum bisa mendapatkan prostetik untuk kaki dan tangan palsu.

Sherri masih akan menjalani operasi kompleks untuk memperbaiki tempurung lututnya. Jika tidak berhasil, dokter harus mengamputasi kakinya dari atas lutut sehingga dia mungkin tidak bisa berjalan dengan kaki palsu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com