Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Chaim Fetter, Warga Belanda yang Rela Jual Perusahaan demi Bantu Anak Lombok

Kompas.com - 10/02/2024, 14:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

Berbekal uang dari penjualan perusahaannya, Chaim bersama teman masa kecilnya mendirikan Yayasan Peduli Anak pada 2006 di Lombok.

Mereka awalnya membeli tanah seluas 1,5 hektar di tengah sawah untuk membangun tempat penampungan, sekolah, dan fasilitas kesehatan.

Baca juga: Kisah Pilu Remaja 13 Tahun Divonis Gagal Hati Stadium Akhir, Bagikan Brosur Cari Donor

Yayasan untuk anak jalanan Lombok

Ratusan anak pun tinggal di yayasan itu. Sumber pendanaan yayasan berasal dari kantong pribadi Chaim Fetter dan donasi dari lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Namun, seiring berjalannya waktu, dia kesulitan membiayai yayasan.

Pada 2012, Chaim beserta istri dan dua anak adopsinya kembali ke Jakarta. Di sana, dia tertarik melanjutkan pekerjaan di bidang internet yang dulu dijalaninya.

"Saya ingin kembali ke keahlian saya yakni perusahaan teknologi," ujarnya, dikutip dari Kompas.com (13/11/2014).

Pada 2014, Chaim Fetter akhirnya mendirikan situs jual-beli online barang bekas pakai bernama Jualo.com. Saat itu, perusahaan ini sukses dan bahkan menjadi pesaing perusahaan serupa OLX.

Sebanyak lima persen dari keuntungan Jualo.com disumbangkan ke Yayasan Peduli Anak, termasuk pemasukan dari layanan iklan premium di laman tersebut.

Yayasan Peduli Anak kini menjadi organisasi nirlaba yang berjalan untuk mensejahterakan anak di Lombok dan Sumbawa.

Baca juga: Kisah Perawat di Texas Didiagnosis Kanker Paru Stadium 4, Ketahuan Usai Berolahraga

Perjalanan yayasan tak mudah

Dilansir dari buku Aku Cinta Indonesia (2014) karya Prima Kharismanita, Yayasan Peduli Anak menjadi pusat perkembangan anak terbesar di Lombok. Yayasan ini bekerja sama dengan Rotary Foundation, Unicef, serta Kementerian Sosial.

Dalam perkembangannya, yayasan ini pernah mendapat repons kurang baik dari penduduk setempat karena status Chaim sebagai orang asing.

Meski begitu, yayasan terus berdiri sebagai rumah bagi anak usia 19 bulan sampai 18 tahun.

Anak-anak dibekali pendidikan dasar serta keterampilan otomotif, perkayuan, komputer, dan menjahit. Yayasan juga mendirikan Sekolah Dasar Peduli Anak (SDPA) yang diresmikan gubernur pada 2010.

Pada 2018, gempa Lombok merobohkan bangunan yayasan dan hanya menyisakan pusat pendidikan.

Untungnya, berkat donasi berbagai pihak, Yayasan Peduli Anak bisa kembali berdiri. Pada 28 Maret 2021, yayasan dan Chaim Fetter menerima penghargaan #kickandyheroes2021 dari Kick Andy Show.

Baca juga: Muncul Penampakan Benda Bercahaya Meluncur ke Atas di Langit Lombok, Apa Itu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com