KOMPAS.com - Vitamin E adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam lemak dan dapat ditemukan di sejumlah makanan dan bentuk suplemen kesehatan.
Dikutip dari WebMD, vitamin E merupakan vitamin penting yang dibutuhkan untuk berfungsinya banyak organ tubuh.
Selain itu, vitamin ini juga memiliki sifat antioksidan sehingga mampu membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Baca juga: Ada Vitamin K, Mengapa Tidak Ada Vitamin F, G, H, I, dan J?
Seseorang yang mengalami defisiensi atau kekurangan asupan vitamin E dapat mendapatkan sejumlah masalah kesehatan.
Dikutip dari MedicalNewsToday, kurangnya kadar vitamin E dalam tubuh dapat menyebabkan otot seseorang menjadi lemah karena stres oksidatif akibat radikal bebas.
Defisiensi vitamin E juga dapat memengaruhi sejumlah saraf yang mengirim sinyal tubuh. Salah satunya membuat seseorang kesulitan berkoordinasi dan berjalan.
Kelemahan otot dan kesulitan dalam koordinasi adalah gejala neurologis yang menunjukkan kerusakan pada sistem saraf pusat dan perifer.
Sistem perifer adalah jaringan saraf yang terletak di luar otak dan sumsum tulang belakang. Neuron-neuron ini menyampaikan pesan ke seluruh tubuh.
Selain itu, kurangnya kadar vitamin E di tubuh juga akan mengakibatkan seseorang mengalami kesemutan dan mati rasa.
Kerusakan pada serabut saraf dapat mencegah saraf mengirimkan sinyal dengan benar, sehingga mengakibatkan sensasi ini, yang juga disebut neuropati perifer.
Vitamin E sangat dibutuhkan tubuh. Namun, apa yang terjadi jika vitamin E dikonsumsi setiap hari?
Baca juga: Ramai soal Vitamin A Disebut Bisa Mengurangi Mata Minus, Benarkah?
Dilansir dari Forbes, vitamin E diketahui dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan karena bersifat antiinflamasi.
Ahli gizi Melanie Murphy Richter mengatakan, vitamin E juga bersifat antioksidan yang membantu melindungi sel tubuh.
“(VItamin E) membantu melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas,” ujar Murphy Richter.
Ia menerangkan, penumpukan radikal bebas dapat berkontribusi pada berbagai kondisi peradangan, termasuk penyakit jantung dan kanker.
Menurut Murphy Richter, sifat antiinflamasi vitamin E bermanfaat bagi endotelium atau lapisan dalam pembuluh darah dan dapat membantu mengurangi penumpukan plak di arteri.
Sebuah ulasan pada tahun 2022 menunjukkan, kadar vitamin E yang lebih tinggi dalam darah kemungkinan berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung.
Sifat antioksidan dapat mencegah terjadinya penumpukan radikal bebas, yang dapat berkontribusi pada berbagai kondisi peradangan seperti penyakit jantung dan kanker.
Baca juga: Sebagian Orang Indonesia Kekurangan Vitamin D, Perlukah Minum Suplemen?
Pasalnya, vitamin E bersifat sebagai pelindung saraf dan membantu meningkatkan aliran darah ke otak.
“Terdapat minat yang cukup besar terhadap manfaat potensial dari suplementasi vitamin E, terutama dalam memperlambat perkembangan penyakit alzheimer," kata Covin.
Jika dikonsumsi dengan dosis yang tepat, konsumsi suplemen vitamin E umumnya dianggap aman.
Meski jarang terjadi, konsumsi vitamin E berlebihan dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan.
Dikutip dari MayoClinic, berikut sejumlah efek samping vitamin E:
Baca juga: Bolehkah Vitamin B Kompleks Diminum Setiap Hari? Ini Kata Ahli UGM
Dilansir dari MedlinePlus, berikut rekomendasi asupan untuk vitamin E per hari:
Baca juga: 4 Manfaat Susu Cokelat, Tinggi Kalsium dan Protein
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.