Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS telah mendeteksi varian JN.1 di 12 negara, termasuk AS.
Profesor penyakit menular Vanderbilt University Medical Center, AS, William Schaffner mengatakan, varian JN.1 adalah bagian dari Omicron.
JN.1 berasal dari BA.2.86 yang merupakan subgaris keturunan dari varian omicron BA.2
"Anggap saja (varian-varian tersebut) sebagai anak dan cucu omicron. Mereka adalah bagian dari keluarga besar yang sama, tetapi masing-masing memiliki kepribadian yang berbeda," ujarnya dikutip dari Today.
Sementara itu, Profesor dan wakil ketua di Departemen Mikrobiologi Molekuler dan Imunologi Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Andrew Pekosz, mengatakan JN.1 mengalami mutasi tambahan pada protein spike.
Protein spike membantu virus menempel pada sel manusia dan memainkan peran penting dalam membantu Covid-19 menginfeksi manusia.
"Mutasi ini dapat mempengaruhi sifat pelarian kekebalan tubuh JN.1," jelas Pekosz.
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Apakah Vaksin Booster Akan Kembali Digencarkan? Ini Penjelasan Kemenkes
Pekosz menerangkan, belum ada pihak yang mengatakan bahwa infeksi JN.1 berbeda dengan varian Covid-19 lainnya dalam hal tingkat keparahan atau gejala.
Kendati demikian, orang yang tertular varian JN.1 akan merasakan beberapa gejala sebagai berikut:
CDC menuturkan, jenis dan tingkat keparahan gejala yang dialami orang yang terinfeksi JN.1 biasanya lebih bergantung pada kesehatan dan kekebalan tubuh yang mendasarinya daripada varian yang menyebabkan infeksi.
Baca juga: Positif Covid-19, Ini Cara Lapor untuk Dapat Obat Gratis Saat Isoman
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.