Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendaki Terakhir yang Hilang Ditemukan, Operasi SAR Gunung Marapi Ditutup

Kompas.com - 07/12/2023, 08:15 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Cerita penyintas saat erupsi Gunung Marapi

Muhammad Fadli (20), salah satu penyintas yang berhasil selamat dari letusan Gunung Marapi membagikan cerita bagaimana kisahnya saat menghadapi erupsi gunung.

Fadli menceritakan, awalnya ia dan 17 rekannya mendengar suara gemuruh dan guncangan yang berasal dari kawah Gunung Marapi.

Setelah mendengar suara tersebut, ia bergegas mencari tempat berlindung, yaitu di balik bebatuan cadas.

“Saya dan tiga teman lainnya langsung bersembunyi ketika mendengar suara gemuruh dari kawah,” ujar Fadli, dikutip dari Kompas.com, Rabu (6/12/2023).

Namun, ketika bersembunyi, ia melihat batu mulai menuju ke arahnya dan ia mulai menepis menggunakan tangan kosong.

Karena kejadian tersebut, Fadli harus mengalami patah tulang di bagian jari dan juga kaki kiri.

“Selepas bebatuan jatuh, asap hitam mulai menyelimuti langit dan menutupi pandangan. Saya jadi tidak tahu lagi bagaimana keadaan teman-teman lain,” ucap Fadli.

Dalam situasi tersebut, Fadli berusaha untuk menghindari awan panas dan mulai bergerak turun. Ia akhirnya berhasil mendapatkan sinyal dari ponsel untuk menghubungi pihak Basarnas.

“Pihak Basarnas meminta agar saya menunggu di sebuah pertigaan. Nantinya mereka akan menjemput saya di sana,” ungkapnya.

Baca juga: Ramai Diperbincangkan Usai Letusan Gunung Marapi, Apa Itu Ring of Fire?

Kondisi Gunung Marapi saat meletus, Minggu (3/12/2023).  Antara/HO- BPBD Agam Kondisi Gunung Marapi saat meletus, Minggu (3/12/2023).

PVMBG larang warga mendekati puncak

Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan, status Gunung Marapi sudah Waspada Level II sejak 2011.

Pihaknya juga mengeluarkan rekomendasi warga dilarang mendekat dalam radius tiga kilometer dari puncak. Oleh karena itu seharusnya tidak boleh ada pendakian ke puncak.

”Statusnya bukan Awas, tetapi Waspada,” ujarnya dikutip dari Kompas.id

Status Awas ditetapkan jika ancaman erupsi gunung api bisa mencapai ke permukiman warga sehingga evakuasi harus dilakukan. Adapun status Waspada Level II Gunung Marapi artinya ancamannya di sekitar kawah.

”Makanya rekomendasinya, warga dilarang mendekati kawah,” kata Hendra.

Menurut dia, PVMBG telah menyampaikan rekomendasi ini kepada pemerintah daerah, yakni dengan setiap dua minggu sekali mengirim status gunung api dan rekomendasi zona bahaya ke pemerintah provinsi dan kabupaten di seluruh Indonesia, termasuk Gunung Marapi.

"Kewenangan untuk melarang pendakian dan mendekati zona bahaya ada di pemerintah daerah,” kata Hendra.

Namun meskipun PVMBG sudah merekomendasikan larangan mendekati puncak, jalur pendakian ke Taman Wisata Alam Gunung Marapi, dengan nama Jalur Pendakian Proklamator telah dibuka oleh Pemerintah Sumatera Barat pada Oktober 2022.

Laporan Antara pada 30 Oktober 2022 menyebutkan, jalur pendakian ini dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Djoinaldy.

Baca juga: Tahun Ini, PVMBG Sebut Alat Pemantau Gunung Marapi Pernah Dicuri Dua Kali

(Sumber: Kompas.com/Perdana Putra, Rachmawati | Editor: David Oliver Purba, Rachmawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com