Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Puputan Margarana, Perang Penghabisan Melawan Belanda di Bali

Kompas.com - 20/11/2023, 07:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya bertekad melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948

Berlangsungnya pertempuran

Dilansir dari Kompas.com (22/9/22), I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya menyerang markas Belanda di Tabanan, Bali pada 18 November 1946.

Serangan tersebut membuat Belanda marah besar dan mengerahkan kekuatan terbesar yang mereka miliki untuk mengepung Bali, khususnya di Tabanan.

Belanda mengerahkan lima pasukannya yang bernama Gajah Merah, Anjing Hitam, Singa, Polisi Negara, dan Polisi Perintis.

Pasukan yang dikirim Belanda tersebut kemudian memulai serangan mereka pada 20 November 1946 pukul 05.30 Wita dengan menembaki pasukan warga Bali.

Saat itu, pasukan warga Bali minim akan persenjataan sehingga tidak bisa menyerang balik pasukan Belanda.

Baca juga: Mengenang 9 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November 1945 dan Perannya

Sekitar pukul 09.00 Wita, pasukan Belanda yang berjumlah sekitar 20 orang mulai mendekat. Tidak lama kemudian, suara tembakan mulai terdengar.

Rupanya, sebanyak 17 orang pasukan Belanda berhasil ditembak mati oleh pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai.

Setelah kehilangan beberapa anggota pasukan, Belanda melakukan serangan dari berbagai arah.

Akan tetapi, serangan tersebut berhasil ditangkis oleh pasukan Ciung Wanara. Belanda yang mulai kewalahan memilih mundur sejauh 500 meter ke belakang untuk menghindari pertempuran.

Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya untuk melarikan diri dari kepungan musuh.

Baca juga: Sejarah Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945-15 Desember 1945

Akhir pertempuran

Ketika sedang melarikan diri, tiba-tiba Belanda mengirimkan pesawat terbang untuk memburu I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya.

Dengan penuh semangat perjuangan, I Gusti Ngurah Rai pun berteriak lantang dengan mengatakan "Puputan!".

I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya maju melawan Belanda sampai titik darah penghabisan.

Namun, karena kekuatan senjata yang dimiliki I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya kurang tak sebanding dengan Belanda, mereka pun kalah dalam pertempuran.

I Gusti Ngurah Rai bersama 1.372 pejuang Dewan Perjuangan Republik Indonesia Sunda Kecil gugur dalam pertempuran yang dikenal sebagai Puputan Margarana.

(Sumber: Kompas.com/Verelladevanka Adryamarthanino | Editor: Puspasari Setyaningrum, Tri Indriawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Air Rendaman dan Rebusan untuk Menurunkan Berat Badan, Cocok Diminum Saat Cuaca Panas

Air Rendaman dan Rebusan untuk Menurunkan Berat Badan, Cocok Diminum Saat Cuaca Panas

Tren
Prakiraan BMKG: Ini Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 27-28 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Ini Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 27-28 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Taruna TNI Harus Pakai Seragam ke Mal dan Bioskop? | Apa Tugas Densus 88?

[POPULER TREN] Taruna TNI Harus Pakai Seragam ke Mal dan Bioskop? | Apa Tugas Densus 88?

Tren
Berencana Tinggal di Bulan, Apa yang Akan Manusia Makan?

Berencana Tinggal di Bulan, Apa yang Akan Manusia Makan?

Tren
Ustaz Asal Riau Jadi Penceramah Tetap di Masjid Nabawi, Kajiannya Diikuti Ratusan Orang

Ustaz Asal Riau Jadi Penceramah Tetap di Masjid Nabawi, Kajiannya Diikuti Ratusan Orang

Tren
Gratis, Ini 3 Jenis Layanan yang Ditanggung BPJS Kesehatan Sesuai Perpres Terbaru

Gratis, Ini 3 Jenis Layanan yang Ditanggung BPJS Kesehatan Sesuai Perpres Terbaru

Tren
Respons Kemenkominfo soal Akun Media Sosial Kampus Jadi Sasaran Peretasan Judi Online

Respons Kemenkominfo soal Akun Media Sosial Kampus Jadi Sasaran Peretasan Judi Online

Tren
Ketahui, Ini 8 Suplemen yang Bisa Sebabkan Sakit Perut

Ketahui, Ini 8 Suplemen yang Bisa Sebabkan Sakit Perut

Tren
Batu Kuno Ungkap Alasan Bolos Kerja 3.200 Tahun Lalu, Istri Berdarah dan Membalsam Mayat Kerabat

Batu Kuno Ungkap Alasan Bolos Kerja 3.200 Tahun Lalu, Istri Berdarah dan Membalsam Mayat Kerabat

Tren
Ditemukan di Testis, Apa Bahaya Mikroplastik bagi Manusia?

Ditemukan di Testis, Apa Bahaya Mikroplastik bagi Manusia?

Tren
Pegi Teriak Fitnah, Ini Fakta Baru Penangkapan Tersangka Kasus Pembunuhan Vina

Pegi Teriak Fitnah, Ini Fakta Baru Penangkapan Tersangka Kasus Pembunuhan Vina

Tren
Ikang Fawzi Antre Layanan di Kantor BPJS Selama 6 Jam, BPJS Kesehatan: Terjadi Gangguan

Ikang Fawzi Antre Layanan di Kantor BPJS Selama 6 Jam, BPJS Kesehatan: Terjadi Gangguan

Tren
Beredar Isu Badai Matahari 2025 Hilangkan Akses Internet Berbulan-bulan, Ini Penjelasan Ahli

Beredar Isu Badai Matahari 2025 Hilangkan Akses Internet Berbulan-bulan, Ini Penjelasan Ahli

Tren
Mengenal Jampidsus, Unsur 'Pemberantas Korupsi' Kejagung yang Diduga Dikuntit Densus 88

Mengenal Jampidsus, Unsur "Pemberantas Korupsi" Kejagung yang Diduga Dikuntit Densus 88

Tren
Starlink dan Literasi Geospasial

Starlink dan Literasi Geospasial

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com