Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertempuran Margarana: Latar Belakang, Kronologi, Akhir

Kompas.com - 22/09/2022, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Pertempuran Margarana atau Puputan Margarana terjadi pada 20 November 1946.

Pertempuran Margarana di Bali dipimpin oleh Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai, sebagai Kepala Divisi Sunda Kecil.

I Gusti Ngurah Rai bersama dengan pasukannya bertempur secara masif untuk menendang Belanda dari Bali.

Baca juga: Mengapa Pemuda Bali Melakukan Perlawanan terhadap Jepang?

Latar belakang

Latar belakang pertempuran Margarana disebabkan oleh kedatangan Belanda ke Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan yang sebelumnya dimiliki oleh Jepang.

Pada 2 dan 3 Maret 1946, sekitar 2.000 tentara Belanda mendarat di Bali.

Belanda mempunyai ambisi untuk membuat Negara Indonesia Timur (NIT) dengan bekerja sama dengan I Gusti Ngurah Rai, pimpinan Laskar Bali.

Akan tetapi, ajakan tersebut ditolak oleh I Gusti Ngurah Rai.

Lebih lanjut, berdasarkan isi dari perjanjian Linggarjati yang ditandatangani pada 15 November 1946, Belanda hanya mengakui Jawa, Madura, dan Sumatera secara de facto sebagai wilayah Indonesia.

Pengakuan ini kemudian membuat rakyat Bali merasa kecewa karena Bali belum diakui secara de facto sebagai wilayah Indonesia.

Berbekal rasa kecewa, rakyat Bali yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai memutuskan untuk melancarkan serangan terhadap Belanda.

Lukisan I Gusti Ngurah RaiWikimedia Commons/Hardjanto Lukisan I Gusti Ngurah Rai

Baca juga: I Gusti Ngurah Rai: Peran, Perjuangan, dan Penghargaan

Kronologi

Pada 18 November 1946, I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya menyerang markas Belanda di Tabanan, Bali.

Serangan ini lantas membuat Belanda marah besar dan mengerahkan kekuatan terbesar mereka untuk mengepung Bali, khususnya daerah Tabanan.

Belanda mengirim lima pasukan yang bernama Gajah Merah, Anjing Hitam, Singa, Polisi Negara, dan Polisi Perintis.

Pasukan yang dikirim Belanda memulai serangan mereka pada 20 November 1946 pukul 05.30 WITA, dengan menembaki pasukan warga Bali.

Pasukan warga Bali yang kala itu masih minim persenjataan pun tidak bisa menyerang balik pasukan Belanda.

Sekitar pukul 09.00 WITA, pasukan Belanda yang berjumlah sekitar 20 orang mulai mendekat.

Tidak lama kemudian, suara tembakan mulai terdengar.

Rupanya, sebanyak 17 orang pasukan Belanda berhasil ditembak mati oleh pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai.

Setelah kehilangan beberapa pasukannya, Belanda melakukan aksi serangan dari berbagai arah terhadap pihak Bali.

Akan tetapi, serangan ini berhasil ditangkis oleh pasukan Ciung Wanara.

Belanda yang mulai kewalahan memilih mundur sejauh 500 meter ke belakang untuk menghindari pertempuran.

Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya untuk melarikan diri dari kepungan musuh.

Baca juga: Puputan Margarana, Pertempuran Rakyat Bali Mengusir Belanda

Akhir

Ketika sedang melarikan diri, tiba-tiba Belanda mengirimkan pesawat terbang untuk memburu I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya.

Dengan penuh semangat I Gusti Ngurah Rai pun berteriak "Puputan!", yang artinya habis-habisan.

I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya maju melawan Belanda sampai titik darah penghabisan mereka.

Namun, karena kekuatan senjata yang dimiliki I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya kurang seimbang, mereka pun harus kalah dalam pertempuran.

I Gusti Ngurah Rai bersama 1.372 pejuang Dewan Perjuangan Republik Indonesia Sunda Kecil gugur dalam pertempuran yang dikenal sebagai Puputan Margarana atau Pertempuran Margarana.

 

Referensi:

  • Sudirman, Adi. (2019). Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia. Yogyakarta: DIVA Press.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com