Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pertempuran Ambarawa 20 Oktober 1945-15 Desember 1945

Kompas.com - 27/03/2023, 06:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pertempuran Ambarawa terjadi di Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah pada 20 Oktober 1945-15 Desember 1945.

Pertempuran Ambarawa mempertemukan Tentara Indonesia dengan Tentara Inggris. 

Pertempuran Ambarawa berakhir dengan kemenangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah sekutu dan Netherland Indies Civil Administration (NICA) terdesak.

Berikut sejarah pertempuran Ambarawa.

Sebelum pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa diawali dari kedatangan pasukan sekutu yang dipimpin Brigjen Bethel.

Bethel bersama pasukannya tiba di Semarang pada 20 Oktober 1945 dan mereka menuju Magelang.

Tujuan mereka tiba di Semarang untuk mengurus tawanan perang dan kedatangannya sempat disambut oleh Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro.

Tetapi, pasukan sekutu yang tiba kemudian pergi ke Ambarawa dan Magelang dan membebeaskan tawanan yang terdiri dari tentara Belanda.

Dilansir dari laman Kebudayaan Kemdikbud, pasukan sekutu juga mempersenjatai tentara Belanda yang dibebaskan.

Hal tersebut memancing kemarahan rakyat sehingga pecahlah kontak senjata antara TKR dengan pasukan sekutu pada 26 Oktober 1945.

Soekarno dan Brigjen Bethel berunding

Pertempuran dengan TKR mendorong Inggris yang berada di barisan pasukan sekutu mencari cara untuk meredakan situasi.

Mereka kemudian pergi ke Magelang dan Ambarawa untuk membebaskan 10.000 tawanan perang Indo-Eropa dan Eropa.

Ribuan tawanan tersebut dibebaskan dari wilayah pedalaman di Jawa yang mengalami gejolak karena perlawanan dari pihak republik.

Situasi yang tidak kunjung membaik kemudian berusaha diselesaikan oleh Soekarno dan Bethel.

Keduanya lalu melakukan perundingan dan hasilnya sepakat bahwa tanggal 2 November 1945 dilakukan gencatan senjata.

Dalam hal ini, pasukan sekutu bertanggung jawab atas tugasnya dan kedua belah pihak sepakat bahwa jalan Ambarawa-Magelang dibuka.

Kedua belah pihak juga sepakat bahwa pasukan sekutu tidak mengakui kegiatan NICA.

Tetapi, kesepakatan yang sudah dijalin diingkari dan pecahlah pertempuran pada 20 November 1945.

Puncak pertempuran Ambarawa

Pasukan sekutu yang sudah menyepakati gencatan senjata justru mengingkari kesepakatan dengan menambah senjata dan pasukan.

Pada giliranya, pecahlah pertempuran pada 20 November 1945 yang wilayahnya meluas hingga 22 Nobember 1945.

Pasukan sekutu melakukan pengeboman ke Ambarawa untuk mengusik posisi TKR.

TKR bersama rakyat lalu berusaha mempertahankan Ambarawa sehingga terpecahlah wilayah ini menjadi empat bagian, yakni utara, selatan, barat, dan timur.

Perlawanan dari TKR bersama rakyat Ambarawa akhirnya tidak bisa dibentung oleh pasukan Sekutu yang menerjukan 19 batalyon.

Akibat perang tersebut, Koloner Isdiman meninggal pada 26 November 1945 dan posisinya digantikan oleh Kolonel Soedriman.

Adapun, pasukan sekutu berusaha menaklukkan Ambarawan karena wilayah ini strategis untuk mencapai Solo, Yogyakarta, dan Magelang.

Pada saat itu, Solo, Yogyakarta, dan Magelang menjadi tempat markas tertinggi TKR.

Halaman:

Terkini Lainnya

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com