Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kembali Konfirmasi Kasus Cacar Monyet, Simak Cara Penularan dan Gejalanya

Kompas.com - 18/10/2023, 19:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali mengonfirmasi satu kasus cacar monyet (monkeypox) di Indonesia.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kasus cacar monyet kali ini berasal dari seorang pria berusia 26 tahun di DKI Jakarta.

Menurutnya, pria tersebut tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri.

Baca juga: Mengapa WHO Mengganti Nama Penyakit Cacar Monyet?

Saat ini, penderita sedang dirawat di rumah sakit dengan kondisi demam dan memiliki lesi di kulit.

"Pasien dirawat, kondisinya baik tetapi memang ada demam dan lesi seperti keropeng, papula, vesikel lesi seperti cacar yang cukup banyak," kata Nadia, dikutip dari Kompas.com (17/10/2023).

Ini menjadi kasus cacar monyet kedua di Indonesia setelah Agustus 2022.

Baca juga: Sudah Masuk Indonesia, Apa Penyebab Cacar Monyet?

Lantas, apa itu penyakit cacar monyet dan bagaimana penularannya?

Baca juga: Cara Penularan Cacar Monyet dan Gejalanya

Cara penularan cacar monyet

Ilustrasi kasus pertama cacar monyet di Indonesia. Shutterstock.com Ilustrasi kasus pertama cacar monyet di Indonesia.

Cacar monyet merupakan penyakit zoonosis virus yang terjadi terutama di daerah hutan hujan tropis Afrika Tengah dan Barat, terkadang diekspor ke daerah lain.

Penyakit langka ini disebabkan oleh virus monkeypox, anggota genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat menetapkan wabah cacar monyet (monkeypox) sebagai darurat kesehatan global pada Juli 2022.

Berbeda dari Covid-19, cacar monyet tidak mudah menyebar di antara manusia.

Kontak dengan virus dari hewan, manusia atau benda yang terkontaminasi adalah jalur utama, dikutip dari Washington Post.

Baca juga: Update Cacar Monyet di Indonesia, Gejala hingga Pencegahannya

Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang rusak, saluran pernapasan atau selaput lendir di mata, hidung atau mulut.

Penularan dari satu orang ke orang lain diperkirakan terjadi melalui partikel pernapasan selama kontak tatap muka langsung dan berkepanjangan.

Namun, penularan dapat juga terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh, bahan lesi, dan melalui kontak tidak langsung dengan pakaian atau linen yang terkontaminasi.

Baca juga: Apakah Orang yang Sudah Pernah Kena Cacar Air Bisa Terkena Cacar Monyet?

Untuk mencegahnya, bisa dilakukan dengan disinfektan rumah tangga biasa.

Ada beberapa rantai penularan dari manusia ke manusia, termasuk dalam jaringan seksual yang terjadi di negara-negara yang sebelumnya tidak ada cacar monyet.

Meskipun bisa menginfeksi siapa pun, kebanyakan kasus terjadi pada pria.

Baca juga: Temuan Kasus Cacar Monyet di Jakarta, Apakah Gatal adalah Salah Satu Gejalanya?

Gejala cacar monyet

Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox. SHUTTERSTOCK Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox.

Dikutip dari laman WHO, masa inkubasi cacar monyet biasanya berkisar dari 6 sampai 13 hari.

Gejalanya dapat dibagi menjadi dua periode:

Pertama, periode invasi (antara 0-5 hari) yang ditandai dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot, dan asthenia hebat (kekurangan energi).

Kedua, erupsi kulit yang dimulai dalam 1-3 hari setelah munculnya demam. Ruam cenderung lebih terkonsentrasi pada wajah daripada di badan.

Baca juga: Muncul Lagi Penyakit Cacar Monyet di AS, Apa Itu?

Ruam berkembang secara berurutan dari makula (lesi dengan dasar datar) menjadi papula (lesi keras yang sedikit terangkat), vesikel (lesi berisi cairan bening), pustula (lesi berisi cairan kekuningan), dan krusta yang mengering dan rontok.

Dalam kasus yang parah, lesi dapat menyatu sampai sebagian besar kulit terkelupas.

Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu.

Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan sifat komplikasi.

Komplikasi cacar monyet dapat mencakup infeksi sekunder, bronkopneumonia, sepsis, ensefalitis, dan infeksi kornea dengan kehilangan penglihatan berikutnya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Cacar Monyet, Gejala, Penyebab, dan Pencegahannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com