Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah 12 Tahun Divonis Paru-paru Kolaps dan Koma Selama 4 Hari akibat Kecanduan Vape

Kompas.com - 14/10/2023, 16:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Menjual vape kepada siapa pun yang berusia di bawah 18 tahun adalah tindakan ilegal, dan Griffin membeli vape tanpa resep dan menjadi kecanduan nikotin.

Penyakit asma yang diderita Griffin menjadi akut karena dia tidak pandai menggunakan inhaler pencegahannya, sehingga membuatnya berisiko mengalami komplikasi.

Pada awal September dia juga menderita sakit kepala, dan ketika dikombinasikan dengan kebiasaan vaping, maka menyebabkan kondisinya semakin memburuk.

“Banyak faktor risiko yang mengarah ke arah yang salah,” kata konsultan dokter anak pernapasan di Royal Belfast Hospital for Sick Children, Dr Dara O'Donoghue.

Hasil rontgen paru-paru Griffin menunjukkan bahwa hanya satu paru-patu saja yang berfungsi dengan baik. Selain itu, dia juga tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diberikan.

Baca juga: Kisah Carissa Crysilla, Alami GERD dan Nyaris Kena Autoimun Diduga karena Makan Oatmeal Setiap Pagi

Alami kerusakan permanen pada paru-parunya

Setelah empat hari, Griffin berangsur-angsur pulih, namun ia mengalami kerusakan permanen pada paru-parunya.

“Dia melakukan latihan paru-paru dan hal-hal lain yang Anda tahu, seperti yang dilakukan oleh orang berusia 80 tahun, bukan seseorang yang berusia 12 tahun,” kata ibunya.

"Tidak peduli apa yang Anda pikirkan, orang-orang suka berpikir anak-anak mereka tidak melakukan hal-hal ini, tetapi kenyataannya sangat, sangat berbeda," tambahnya.

Griffin berharap pengalamannya dapat membantu orang lain seusianya untuk menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh vape.

“Jangan mulai melakukannya, karena begitu Anda mulai melakukannya, Anda tidak akan berhenti melakukannya,” katanya.

Baca juga: Kisah Della Hiariej yang Divonis Gagal Ginjal Stadium Akhir, Sempat Mengira Gejala Asam Lambung

Kasus vape di kalangan anak di bawah umur

Dr O'Donoghue menyebut vape pada remaja merupakan "darurat kesehatan" yang harus ditangani dengan segera.

Angka terbaru menunjukkan bahwa satu dari lima anak berusia 11-17 tahun kini telah mencoba vape. Jumlah ini tiga kali lebih banyak dibandingkan tahun 2020.

Fidelma Carter dari badan amal Northern Ireland Chest, Heart and Stroke, mengatakan 17 persen pengguna muda vape melakukannya secara rutin.

“Anak-anak muda mulai menggunakan vaping karena mereka menganggap tidak ada risiko, tidak ada bahaya," kata Carter.

Pemerintah telah mengumumkan konsultasi di seluruh Inggris mengenai usulannya untuk menindak vape di kalangan anak muda.

Usulan tersebut antara lain:

  • Membatasi rasa dan deskripsi vape agar tidak lagi ditujukan untuk anak-anak
  • Menjaga vape agar tidak terlihat oleh anak-anak di toko
  • Mengatur kemasan vape agar tidak menyasar anak-anak
  • Mengeksplorasi apakah menaikkan harga vape akan mengurangi jumlah anak muda yang menggunakannya
  • Mempertimbangkan untuk membatasi penjualan vape sekali pakai, yang menurut para menteri jelas terkait dengan peningkatan penggunaan vaping pada anak-anak dan sangat berbahaya bagi lingkungan.

Kepala petugas medis Inggris, Profesor Chris Whitty mengatakan memasarkan vape atau rokok elektrik kepada anak-anak sama sekali tidak dapat diterima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com