Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Punya Keturunan Kembar, Apa Bisa Hamil Anak Kembar?

Kompas.com - 09/10/2023, 10:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Beberapa orang mewarisi gen yang menyebabkan (dirinya memiliki) lebih dari satu sel telur yang dilepaskan selama ovulasi," jelas dia.

Indra menyebutkan, kondisi ini meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan ganda atau kembar.

Baca juga: Viral, Unggahan Anak Kembar Disebut Bisa Saling Merasakan Hal yang Sama, Benarkah?

Tidak selalu punya anak kembar

Meski begitu, Indra mengungkapkan, orangtua yang punya keturunan kembar tidak akan selalu memiliki anak yang kembar.

"Tidak ada bukti yang mendukung anak kembar melewatkan satu generasi. Namun, hal ini mungkin terjadi pada beberapa keluarga yang mewarisi gen kembar non-identik," jelasnya.

Dia mencontohkan, ayah yang memiliki saudara kembar mungkin mewarisi gen kembar tersebut. Namun, ini tidak akan meningkatkan peluangnya untuk memiliki anak kembar juga.

Sebaliknya, ayah tersebut mungkin mewariskan gen kembar kepada putrinya. Barulah sang putri memiliki anak kembar.

Kondisi ini terjadi karena gen kembar hanya memengaruhi ovulasi. Gen yang sama bisa menghasilkan kondisi yang berbeda dalam satu keluarga.

Baca juga: Ardi dan Ardan Berhasil Dipisahkan, Kok Kembar Siam Bisa Terjadi?

Hamil anak kembar tanpa punya keturunan kembar

Di sisi lain, Indra mengungkapkan, kehamilan anak kembar fraternal dapat terjadi dalam keluarga yang tidak memiliki keturunan atau gen kembar.

"Kembar fraternal (juga) terjadi ketika seorang wanita melepaskan lebih dari satu sel telur selama ovulasi yang dibuahi oleh dua sperma berbeda," ujarnya.

Menurut dia, seorang wanita yang memproduksi lebih banyak hormon perangsang folikel atau follicle-stimulating hormone (FSH) selama siklus menstruasi berpotensi mempunyai anak kembar.

Baca juga: Mengenal Program Bayi Tabung, Bagaimana Prosesnya?

Ilustrasi Bayi kembar, anak kembar, tumbuh kembang anak kembarShutterstock Ilustrasi Bayi kembar, anak kembar, tumbuh kembang anak kembar

Ini terjadi karena hormon tersebut memicu pelepasan lebih dari satu sel telur yang sudah matang dari ovarium ke dalam tuba falopi dalam proses ovulasi.

Kadar FSH dalam tubuh wanita tinggi bisa terjadi karena beberapa penyebab. Misalnya, kondisi genetik, masalah kesehatan, penggunaan kontrasepsi hormonal, maupun menjalani pengobatan tertentu.

"Akibatnya, masing-masing embrio yang terbentuk memiliki bahan genetik yang unik dan berbeda satu sama lain," lanjut Indra.

Dia menambahkan, wanita yang memiliki kadar FSH tinggi dapat diatasi dengan makan makanan bergizi, hindari stres, dan rutin olahraga.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Program Bayi Tabung

Cara memiliki anak kembar tanpa faktor keturunan

Lebih lanjut, Indra menjelaskan, sepasang suami-istri yang tidak memiliki keturunan atau gen kembar tetap berpotensi memiliki anak kembar. Ini terjadi melalui program kehamilan oleh dokter.

"Bisa saja kita lakukan induksi ovulasi agar sel telur bisa matang lebih dari satu dengan injeksi FSH," ujar dia.

Induksi ovulasi adalah prosedur medis untuk menstimulasi perkembangan dan pelepasan sel telur.

Selain itu, wanita yang ingin hamil anak kembar dapat menjalani program bayi tabung. Nantinya, dokter akan menanamkan dua embrio ke dalam rahim sehingga dapat dibuahi dan berkembang menjadi dua janin.

Baca juga: Terkenal Mahal, Berapa Biaya Program Bayi Tabung di Indonesia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com