Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Penyebab Stres dan Bagaimana Cara Menghindarinya?

Kompas.com - 01/10/2023, 09:30 WIB
Aulia Zahra Zain,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan mengenai stres yang selalu datang ramai dibahas di media sosial.

Unggahan tersebut dibagikan oleh akun X @bayu_joo pada Sabtu (30/9/2023).

Dalam unggahan tersebut, pengunggah mengungkapkan kesulitannya menghindari stres yang selalu datang.

“Hindari stress berlebih” ini juga maunya menghindar, tapi disamperin mulu," tulis pengunggah.

Sejumlah warganet yang berkomentar turut mengungkapkan kesulitan mereka menghindari stres.

Sampe heran ga si sama stress yang udah ditolak tapi masih berusaha gitu buat nyamperin tiap hari. Effort bgt stress ini,” tulis akun @elvanelvara2.

Lantas, apa penyebab stres dan bagaimana cara menghindarinya?

Penjelasan psikolog

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Soegijapranata Semarang Christin Wibowo menjelaskan, seseorang bisa mengalami stres karena stres merupakan suatu tekanan.

Terdapat dua jenis stres yang terjadi karena tekanan, yaitu eustress dan distress.

Eustress disebut juga dengan stres baik, tekanan yang membuat orang semakin termotivasi dan semakin melakukan hal positif.

“Jadi, orang harus memiliki eustress. Karena stres tidak harus dihilangkan. Jika terjadi eustress dalam diri seseorang, itu malah bagus dan membuat orang menjadi termotivasi,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (30/9/2023).

Sedangkan distress merupakan suatu stres yang membuat seseorang semakin tidak nyaman dan tidak termotivasi.

Contoh dari orang yang mengalami distress adalah tidak mau makan dan minum.

“Orang yang mengalami eustress, jika tekanannya hilang, maka orang tersebut jadi tidak stres. Beda lagi dengan seseorang yang pada awalnya distress, kemudian dia bisa bangkit, maka stres tersebut akan hilang,” jelas Christin.

Baca juga: Atasi Stress Saat Macet Perjalanan Mudik, Dengarkan Musik! Ini Alasannya...

Perbedaan stress dan depresi

Christin menerangkan, depresi merupakan sebuah gangguan kepribadian, sedangkan stres merupakan tekanan. Tidak semua orang yang stres menjadi depresi.

Seseorang yang sudah memiliki gangguan depresi, jika mengalami stres dapat memicu gangguan tersebut.

Depresi itu ciri-cirinya tidak mau makan, hidup terasa selalu suram, seperti itu. Walaupun mungkin tidak ada masalah yang cukup signifikan,” ujar Christin.

Baca juga: Benarkah Masturbasi Bisa Menghilangkan Stres? Ini Kata Dokter

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Farida Hidayati.

Dia menjelaskan, stres merupakan respon hormonal yang ada di dalam tubuh seseorang. Dengan adanya stres, seseorang bisa menjadi lebih waspada dan memiliki mode bertahan.

Lain halnya dengan depresi, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan depresi. Stres merupakan salah satu faktornya.

“Keduanya sama-sama melibatkan kimia otak yang dipengaruhi oleh hormon kortisol dan memengaruhi stres tubuh tadi,” ujar Farida kepada Kompas.com, Sabtu (30/9/2023).

Hormon kortisol adalah hormon yang diproduksi pada kelenjar adrenal. Berfungsi sebagai penyedia energi ketika sedang dibawah tekanan dan ancaman.

Baca juga: Benarkah Stres Bisa Membuat Menstruasi Dua Kali Sebulan? Ini Kata Dokter

Menurut Farida, stres dikaitkan dengan kecemasan atau memiliki hubungan secara langsung dengan beberapa hal yang membuat seseorang menjadi cemas.

Stres mengakibatkan peningkatan detak jantung, sakit kepala, dan berujung pada penyakit jantung.

Sedangkan, depresi lebih dilihat dari gangguan suasana hati karena perasaan sedih yang sangat mendalam.

Depresi mengakibatkan seseorang kehilangan minat, mati rasa, dan tidak punya kepedulian terhadap lingkungan.

“Jika seseorang stres, belum tentu orang tersebut depresi. Tetapi, orang yang depresi, diawali dengan stres yang tidak bisa diselesaikan,” terang Farida.

Baca juga: 7 Manfaat Bangun Pagi yang Jarang Disadari, Salah Satunya Baik untuk Kesehatan Mental

Cara menghadapi dan menghindari stres

Farida mengungkapkan beberapa cara menghadapi dan menghindari stres:

1. Carilah tingkat stres diri kita sendiri

Farida mengatakan, mencari tingkat stres diri sendiri membuat seseorang menjadi paham dengan batas kemampuannya sendiri.

“Kita paham betul bahwa itu merupakan batas kemampuan kita, sehingga kita tidak memaksakan sesuatu yang di luar batas kemampuan kita,” ujarnya.

Baca juga: Warganet Mengaku Terganggu Psikisnya akibat Kecanduan Game, Psikolog: Termasuk Mental Disorder

2. Berpikir positif

Dengan berpikir positif, sama saja dengan mengirimkan sinyal ke dalam otak bahwa yang dikirimkan adalah sesuatu yang baik.

“Berbeda dengan seseorang yang berpikiran negatif, karena dengan berpikir negatif sama saja seseorang mengirimkan sinyal ke tubuh dan ke otak bahwa itu merupakan sesuatu yang bahaya dan tidak baik untuk tubuh kita,” ujar Farida.

Seseorang yang berpikiran negatif akan menimbulkan dampak fisik menjadi tidak bisa tidur dan mengalami gangguan pola makan.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Mental Block yang Bisa Menghambat Kesuksesan

3. Tetapkan ekspektasi secara realistis

Jika seseorang memiliki cita-cita, harapan, tetapkan segala sesuatu sebagai bentuk yang realistis.

“Jangan menuntut diri kita untuk sempurna. Karena kesempurnaan itu adalah keniscayaan,” kata Farida.

“Seseorang yang tidak sempurna memiliki peluang untuk meningkat, sedangkan seseorang yang sudah sempurna malah tidak memiliki kemampuan untuk meningkat,” tambahnya.

Maka, terimalah diri kita dan sadari bahwa tidak sempurna itu baik-baik saja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com