Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal 7 Perwira yang Jadi Korban Peristiwa G30S/PKI

Kompas.com - 28/09/2023, 08:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gerakan 30 September atau lebih dikenal sebagai peristiwa G30S/PKI masih melekat dalam benak masyarakat.

G30S adalah peristiwa penculikan serta pembunuhan enam jenderal dan satu perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) di Jakarta dalam waktu satu malam.

Sesuai namanya, peristiwa berdarah ini terjadi mulai 30 September malam hingga 1 Oktober 1965 dini hari.

Dilansir dari Kompas.com (30/9/2021), G30S/PKI dipicu tuduhan keberadaan Dewan Jenderal di tubuh AD yang disebut akan melakukan kudeta terhadap Presiden Sukarno.

Gerakan ini diinisiasi oleh Resimen Tjakrabirawa yang merupakan satuan tentara pengamanan presiden.

Setelah mendapat informasi adanya rencana Dewan Jenderal untuk kudeta, Tjakrabirawa bersama para petinggi Partai Komunis Indonesia (PKI) pun berniat menghadapkan para jenderal kepada Sukarno.

Sebanyak tujuh perwira yang terdiri dari enam jenderal dan satu perwira pertama TNI AD menjadi korban peristiwa di pergantian malam itu, yaitu:

  • Jenderal Ahmad Yani
  • Mayjen R Soeprapto
  • Mayjen MT Haryono
  • Mayjen S Parman
  • Brigjen DI Panjaitan
  • Brigjen Sutoyo Siswomiharjo
  • Kapten Czi (Anumerta) Pierre Tendean.

Baca juga: Mengenal Dewan Jenderal, Hoaks yang Memicu Peristiwa G30S PKI


Profil tujuh pahlawan revolusi korban G30S:

Jenazah ketujuh korban ditemukan di sebuah sumur tua di Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Mereka yang gugur pun diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB), seperti Ahmad Yani yang sebelumnya berpangkat Letnan Jenderal TNI menjadi Jenderal TNI.

Melalui Keputusan Presiden Tahun 1965, ketujuh korban G30S turut dianugerahi gelar sebagai pahlawan revolusi.

Berikut profil singkat tujuh pahlawan revolusi yang menjadi korban G30S, seperti dilansir laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan:

1. Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani

Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Nasional  pahlawanku.purwokertokab.go.id Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Nasional

Ahmad Yani adalah seorang petinggi TNI AD di masa Orde Lama, masa pemerintahan Sukarno yang berlangsung mulai 1959.

Lahir di Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922, Ahmad Yani muda mengikuti pendidikan Heiho di Magelang, Jawa Tengah dan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor, Jawa Barat.

Lulus dari pendidikan militer di masa pemerintahan kolonial Jepang, Ahmad Yani konsisten melanjutkan karier di bidang kemiliteran, bahkan saat Indonesia merdeka.

Ia turut dalam pemberantasan PKI Madiun 1948, Agresi Militer Belanda II, serta penumpasan Darul Islam yang berafiliasi dengan Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Tengah.

Pada 1958, Ahmad Yani diangkat sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang, Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

la kemudian diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat atau KSAD pada 1962.

Namun, pada 1965, Ahmad Yani dituduh ingin menjatuhkan Presiden Sukarno dan harus tewas saat pemberontakan G30S pada 1 Oktober 1965 dini hari.

2. Letjen (Anumerta) Suprapto

Letjen Anm. SupraptoWikipedia Letjen Anm. Suprapto

Letnan Jenderal TNI Anumerta Raden Suprapto, lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada 20 Juni 1920.

Sebelum Indonesia merdeka, sosoknya sempat mengikuti pendidikan di Akademi Militer Kerajaan Bandung.

Namun, pendidikan militernya kala itu harus terhenti karena pendaratan Jepang di Indonesia. pada 1942.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, Suprapto aktif dalam usaha merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap, Jawa Tengah.

Baca juga: Peristiwa G30S/PKI: Kisah 7 Pahlawan Revolusi yang Jasadnya Dibuang di Sumur Lubang Buaya

Ia pun bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto dan ikut dalam pertempuran di Ambarawa sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman.

Halaman:

Terkini Lainnya

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com