Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Posisi Indonesia pada Indeks Demokrasi

Kompas.com - 19/09/2023, 10:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA senantiasa skeptis terhadap apa yang disebut sebagai indeks demokrasi. Menurut pendapat saya, setiap negara memiliki cara masing-masing dalam mengejawantahkan tata-negara masing-masing menjadi kenyataan.

Demokrasi sama halnya dengan kecerdasan dan kebahagiaan tergolong subyek atau obyek tak-benda di antara bumi dan langit yang pada hakikatnya mustahil atau minimal absurd untuk diukur.

Serta merta secara subyektif pula, saya skeptis terhadap indeks demokrasi yang digarap oleh majalah The Economist setara dengan yang dibuat oleh V-Dem Democracy dan Bertsmann Transformation Index atau lembaga penggarap indeks demokrasi lainnya.

Indeks demokrasi The Economist masa kini meliputi 167 negara di planet bumi yang dilaporkan setiap tahun sejak 2010.

Kaidah yang digunakan untuk menilai kadar indeks demokrasi antara lain meliputi sistem pemilu, kebebasan berpendapat serta mengungkap pendapat, hak asasi manusia, keadilan, akhlak penguasa, kadar diskriminasi gender, usia, ras, agama, dan lain sebagainya.

Sebagai seorang warga Indonesia, saya merasa kecewa sebab The Evonomist Democracy Index 2022 meletakkan Indonesia pada ranking 54 sebagai negara dengan flawed democracy atau demokrasi tidak sempurna alias cacat.

Rasa kecewa saya agak terhibur sebab ternyata Yunani sebagai negara asal-muasal demokrasi bertengger pada ranking 25 juga tergolong negara cacat demokrasi.

Bahkan Amerika Serikat yang gemar menyombongkan diri sebagai polisi demokrasi dunia berada di posisi ke 30, meski masih di atas India bersama Polandia yang berada di ranking 46.

Di antara para anggota ASEAN, posisi indeks demokrasi versi The Economist dapat dikatakan bahwa prestasi demokrasi Indonesia masih lumayan dibandingkan dengan Vietnam, Laos dan Myanmar sebagai negara-negara mutlak otoriter sekelompok Kuba, Rusia, dan China pada posisi ke 156.

Bahkan dengan demokrasi yang dinilai catat, maka masih di-framing pada dua tingkat di bawah Filipina yang berada pada posisi 52, ternyata Indonesia masih empat belas tingkat di bawah Malaysia yang berada pada posisi 40.

Namun Indonesia boleh berbangga meski dianggap berdemokrasi cacat sebab masih berada di posisi lebih tinggi ketimbang Singapura sebagai negara tergolong makmur yang dikendalikan dinasti Lee pada posisi ke 70 sebagai negara demokrasi cacat versi The Economist 2022.

Saya bersyukur bahwa Indonesia menurut indeks demokrasi 2022 versi The Economist berada di posisi ke 54 di antara 167 negara planet bumi masa kini.

Namun sudah barang tentu mulai tahun 2023 demokrasi di Indonesia layak diharapkan terus menerus naik kelas sehingga akhirnya bisa bertengger di tahta singgasana posisi teratas indeks demokrasi versi The Economist yang sementata ini diduduki oleh Norwegia sebagai juara pertama, Selandia Baru sebagai runner up dan Eslandia sebagai juara ke tiga. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ada Fenomena Matahari di Atas Kabah pada 27-28 Mei 2024, Pukul Berapa?

Ada Fenomena Matahari di Atas Kabah pada 27-28 Mei 2024, Pukul Berapa?

Tren
8 Manfaat Lemak Sehat untuk Tubuh, Bisa Jaga Kesehatan Jantung dan Otak

8 Manfaat Lemak Sehat untuk Tubuh, Bisa Jaga Kesehatan Jantung dan Otak

Tren
Menyoroti Penerbangan Jemaah Haji Indonesia yang Diwarnai Sejumlah Masalah...

Menyoroti Penerbangan Jemaah Haji Indonesia yang Diwarnai Sejumlah Masalah...

Tren
Diduga Buntuti Jampidsus Kejagung, Apa Tugas Densus 88 Sebenarnya?

Diduga Buntuti Jampidsus Kejagung, Apa Tugas Densus 88 Sebenarnya?

Tren
9 Tanda Darah Tinggi di Usia 20-an, Bisa Picu Serangan Jantung dan Stroke

9 Tanda Darah Tinggi di Usia 20-an, Bisa Picu Serangan Jantung dan Stroke

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 26-27 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 26-27 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88 | Rumput GBK Disorot

[POPULER TREN] Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88 | Rumput GBK Disorot

Tren
Daftar Lengkap Urutan Film Mad Max, Terbaru Furiosa

Daftar Lengkap Urutan Film Mad Max, Terbaru Furiosa

Tren
Aktif di Malam Hari, Berikut 10 Spesies yang Termasuk Hewan Nokturnal

Aktif di Malam Hari, Berikut 10 Spesies yang Termasuk Hewan Nokturnal

Tren
Kisah Mat Bin Mat Suroh, Bertaruh Nyawa Selamatkan Kereta Api dari Kecelakaan Fatal

Kisah Mat Bin Mat Suroh, Bertaruh Nyawa Selamatkan Kereta Api dari Kecelakaan Fatal

Tren
12 Jenis Kanker yang Paling Sering Menyerang Pria, Apa Saja?

12 Jenis Kanker yang Paling Sering Menyerang Pria, Apa Saja?

Tren
Kisah Pasutri Berangkat Haji Beda Kloter, Bertemu di 'Gerbang Cinta' Masjid Nabawi

Kisah Pasutri Berangkat Haji Beda Kloter, Bertemu di "Gerbang Cinta" Masjid Nabawi

Tren
Jarang Disadari, Ini Efek Samping Vitamin C jika Dikonsumsi Berlebihan

Jarang Disadari, Ini Efek Samping Vitamin C jika Dikonsumsi Berlebihan

Tren
3 Perbedaan People Water's Forum dan World Water Forum, Sama-sama Digelar di Bali Tahun Ini

3 Perbedaan People Water's Forum dan World Water Forum, Sama-sama Digelar di Bali Tahun Ini

Tren
450 Bus Shalawat Siap Antar Jemaah Haji di Mekkah, Ini 22 Rutenya

450 Bus Shalawat Siap Antar Jemaah Haji di Mekkah, Ini 22 Rutenya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com