Saat sembahyang, umat Konghucu akan memberikan bantuan atau sumbangan beraneka rupa termasuk sembako dan makanan kepada kelenteng.
Sumbangan ini melambangkan kasih sayang anak kepada orangtua berupa makanan yang dibutuhkan orang hidup.
"(Sebelum dibagikan) makanan akan didoakan. Doanya itu bukan kepada hantu. Didoakan agar orang yang makan ini sehat dan mendapat rezeki," tegasnya.
Baca juga: Mengenal Festival Mooncake, Perayaan Kue Bulan Masyarakat Tionghoa
Lebih lanjut, Lie mengungkapkan umat Konghucu akan memberikan sumbangan ke kelenteng saat melaksanakan tradisi sembahyang arwah leluhur ini.
"Saking banyaknya bantuan kepada rumah ibadah, rumah ibadah itu membagikan lagi (sumbangan sembako) ke orang yang susah, fakir, miskin," ungkap Lie.
Namun, ia menyebutkan, sumbangan sembako yang terlalu banyak kadang membuat warga menjadi berebut. Apalagi kalau sembako dan makanan diletakkan menumpuk depan kelenteng.
"Jadi namanya (dikenal sebagai) sembahyang rebutan. Sebenarnya bukan itu, sembahyang Cit Gwee harusnya," tegas Lie.
Baca juga: Saat Barongsai Melantai di Dalam Gerbong Kereta Api...
Adapun barang-barang yang biasanya disumbangkan dalam tradisi ini beraneka ragam, sepeti buah, beras, minyak, gula, dan sebagainya.
Lie mengakui tindakan rebutan barang-barang sumbangan agak mengganggu suasana kelenteng. Sementara di zaman dulu, barangnya yang tidak terlalu banyak jadi mudah dibagikan ke orang membutuhkan.
"Barang-barang yang disumbangkan untuk Tuhan, sebagai bentuk rasa bakti kita kepada leluhur," imbuhnya.
Baca juga: Sejarah dan Makna Lampion pada Perayaan Imlek
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.