Lebih lanjut, Edvin menjelaskan bagaimana proses modifikasi cuaca untuk menciptakan hujan buatan di wilayah Jabodetabek dilakukan.
"Tujuan hujan buatan memperbesar engine awan agar tumbuh ke atas dengan menambah CCN (Cloud Condensation Nuclei) dan agar tumbuh ke bawah dengan menambah garam (NaCl atau Sodium chlorida), sehingga hujan turun lebih banyak," jelasnya.
Ia menjelaskan,pesawat atau helikopter akan membawa dua zat tersebut ke awan. Kemudian, CCN dan garam ditaburkan ke awan.
Setelah ditaburkan, CCN dan garam akan memicu proses kondensasi awan. Awan kemudian membesar dan melebar dengan kandungan uap air lebih banyak. Nantinya, hujan kemudian turun ke wilayah yang diharapkan.
Meski proses tersebut dapat dilakukan, Edvin menyebut pelaksanaan modifikasi cuaca tergantung dengan kondisi awan di langit.
Dibutuhkan perhitungan tepat untuk menyesuaikan kondisi awan yang tepat untuk bisa dilakukan pembuatan hujan buatan. Jika proses modifikasi cuaca dapat dilakukan, hanya butuh sekitar setengah jam sampai hujan buatan bisa turun.
"Hujan buatan ini dapat mengurangi polusi udara," tambahnya
Edvin menjelaskan, tetesan air hujan akan meluruhkan polutan atau partikel penyebab polisi yang ada di atmosfer.
Ia menyebut, hujan alami akan lebih ampuh mengatasi polusi udara. Namun karena wilayah Jabodetabek dilanda musim kemarau, hujan buatan ini dapat menggantikan hujan alami dalam menghilangkan polutan.
"Hujan buatan bisa dilakukan berkali-kali. Tergantung dari situasi meteorologisnya. (Dibutuhkan) kerja sama dengan BMKG dan perhitungan," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.