"Ketika dijemput, korban sudah tidak sadarkan diri," ungkap Tulus.
Tulus mengaku sempat menjadi bahan tertawaan penonton karnaval ketika dirinya berlari mengenakan kebaya dan kain yang dikenakannya.
“Sebetulnya kemarin pas ambil ambulans di parkiran sempat ditertawain sama penonton karnaval,” kata dia.
Namun, Tulus mengaku tidak terganggu dengan hal tersebut.
“Saya bodo amat, yang penting pasien terkondisikan dengan selamat,” tandasnya.
Sebagai relawan sopir ambulans, Tulus mengaku tidak memiliki waktu libur. Dia harus siaga kapan saja ketika masyarakat membutuhkannya.
Tulus sudah 9 bulan tergabung ke dalam relawan NU Peduli Kecamatan Miri, Sragen.
Selain menjadi relawan, dia merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Kota Surakarta. Saban pagi, Tulus juga mengaku berjualan di pasar.
“Kalau pagi jam 02.00-08.00 WIB, saya jualan di Pasar pagi,” kata dia.
Tulus mengungkapkan alasan mengapa dirinya tergerak menjadi relawan. Dia ingin menolong sesama.
“Motivasinya ya buat menolong antar sesama aja sih. Karena banyak yang masih membutuhkan pertolongan,” tuturnya.
Menurutnya, menjadi relawan sopir ambulans memberi banyak pelajaran dan pengalaman.
Pengalaman paling tak terlupakan bagi Tulus adalah ketika mengantarkan jenazah ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
“(Saat itu) saya menempuh jalur darat selama 23 jam,” kata dia.
Baca juga: Viral, Video Mobil Jip Diduga Halangi Laju Ambulans Bersirene di Klaten, Ini Kata Polisi
Tulus juga mengaku belajar tentang keikhlasan selama menjadi relawan sopir ambulans.