KOMPAS.com - Uji kosmetik merupakan tahapan penting bagi produk kecantikan sebelum beredar dan digunakan publik.
Lewat uji kosmetik, kualitas bahan pembuatan, dan manfaatnya dapat diketahui dan dipastikan sebelum produk tersebut beredar.
Langkah ini juga penting dilakukan agar produk seperti sunscreen tidak beredar dengan klaim yang salah sehingga menyesatkan konsumen.
Dalam menguji produk-produknya, produsen kosmetik akan melalui tahapan uji in vitro dan in vivo. Lalu, apa itu uji kosmetik in vitro dan in vivo?
Baca juga: 4 Alasan Tikus Sering Dijadikan Obyek Percobaan dalam Penelitian Biomedis
Dilansir dari Very Well Health (3/9/2022), in vitro dan in vivo merupakan dua tes eksperimen medis yang berbeda.
In vitro berasal dari bahasa Latin yang artinya "dalam gelas". Eksperimen medis in vitro dilakukan di laboratorium. Para peneliti akan melakukan pengujian menggunakan tabung reaksi atau cawan laboratorium.
Sebagai contoh eksperimen, peneliti meletakkan potongan jaringan, sel, atau bagian lain dari organisme ke wadah. Lalu, sampel ini dilakukan untuk bahan uji apakah suatu obat bekerja ataupun mengamati efek dari suatu penyakit di bagian tubuh tersebut.
Sementara uji laboratorium in vivo berasal dari bahasa Latin yang berarti "di dalam sesuatu yang hidup". Tes medis ini dilakukan dengan melibatkan organisme hidup, seperti hewan, tanaman, atau manusia.
Berbeda dari in vitro, obat atau produk akan dicobakan langsung ke organisme hidup. Nantinya, peneliti akan mengamati efek dan perkembangannya dari organisme itu.
Baca juga: Ini Penyebab Ribuan Burung Pipit Berjatuhan di Bali, Hasil Uji Laboratorium BBvet
Metode ini memungkinkan peneliti memahami fenomena biologis tanpa gangguan variabel lain yang ada di organisme hidup.
Para peneliti juga dapat melakukan penelitian dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan percobaan pada hewan atau manusia.
Hal ini karena tidak dibutuhkan organisme hidup untuk dilakukan pengamatan. Akibatnya, pengembangan pengobatan baru dilakukan lebih cepat
Peneliti juga dapat mempelajari sedetail mungkin mengenai perkembangan obat sebelum diterapkan kepada manusia.
Hal ini berarti kemunculan potensi efek negatif dari obat ke dalam tubuh manusia yang menjadi objek percobaan dapat dihindari.
Sisi negatifnya, uji in vitro tidak dapat dilakukan dengan kondisi asli dalam organisme hidup sesungguhnya. Ini karena hasil ujinya tidak benar-benar menunjukkan efek terhadap makhluk hidup.
Akibatnya, hasil penelitian in vitro perlu diterapkan dengan hati-hati ke makhluk hidup. Peneliti perlu mengamati efek produk ke organisme aslinya.
Baca juga: Ramai soal Sunscreen SPF Palsu, Bagaimana Cara Membedakannya?
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.