Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Uji Kosmetik In Vitro dan In Vivo: Perbedaan dan Fungsinya

Kompas.com - 17/08/2023, 17:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Uji kosmetik merupakan tahapan penting bagi produk kecantikan sebelum beredar dan digunakan publik.

Lewat uji kosmetik, kualitas bahan pembuatan, dan manfaatnya dapat diketahui  dan dipastikan sebelum produk tersebut beredar.

Langkah ini juga penting dilakukan agar produk seperti sunscreen tidak beredar dengan klaim yang salah sehingga menyesatkan konsumen.

Dalam menguji produk-produknya, produsen kosmetik akan melalui tahapan uji in vitro dan in vivo. Lalu, apa itu uji kosmetik in vitro dan in vivo?

Baca juga: 4 Alasan Tikus Sering Dijadikan Obyek Percobaan dalam Penelitian Biomedis


Pengertian in vitro dan in vivo

Dilansir dari Very Well Health (3/9/2022), in vitro dan in vivo merupakan dua tes eksperimen medis yang berbeda.

In vitro berasal dari bahasa Latin yang artinya "dalam gelas". Eksperimen medis in vitro dilakukan di laboratorium. Para peneliti akan melakukan pengujian menggunakan tabung reaksi atau cawan laboratorium.

Sebagai contoh eksperimen, peneliti meletakkan potongan jaringan, sel, atau bagian lain dari organisme ke wadah. Lalu, sampel ini dilakukan untuk bahan uji apakah suatu obat bekerja ataupun mengamati efek dari suatu penyakit di bagian tubuh tersebut.

Sementara uji laboratorium in vivo berasal dari bahasa Latin yang berarti "di dalam sesuatu yang hidup". Tes medis ini dilakukan dengan melibatkan organisme hidup, seperti hewan, tanaman, atau manusia.

Berbeda dari in vitro, obat atau produk akan dicobakan langsung ke organisme hidup. Nantinya, peneliti akan mengamati efek dan perkembangannya dari organisme itu.

Baca juga: Ini Penyebab Ribuan Burung Pipit Berjatuhan di Bali, Hasil Uji Laboratorium BBvet

In vitro

Ilustrasi laboratorium kimiapixabay.com Ilustrasi laboratorium kimia
Dikutip dari Medical News Today (31/8/2020), uji in vitro dilakukan di laboratorium untuk mengamati mikroorganisme atau sel makhluk hidup.

Metode ini memungkinkan peneliti memahami fenomena biologis tanpa gangguan variabel lain yang ada di organisme hidup.

Para peneliti juga dapat melakukan penelitian dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan percobaan pada hewan atau manusia.

Hal ini karena tidak dibutuhkan organisme hidup untuk dilakukan pengamatan. Akibatnya, pengembangan pengobatan baru dilakukan lebih cepat

Peneliti juga dapat mempelajari sedetail mungkin mengenai perkembangan obat sebelum diterapkan kepada manusia.

Hal ini berarti kemunculan potensi efek negatif dari obat ke dalam tubuh manusia yang menjadi objek percobaan dapat dihindari.

Sisi negatifnya, uji in vitro tidak dapat dilakukan dengan kondisi asli dalam organisme hidup sesungguhnya. Ini karena hasil ujinya tidak benar-benar menunjukkan efek terhadap makhluk hidup.

Akibatnya, hasil penelitian in vitro perlu diterapkan dengan hati-hati ke makhluk hidup. Peneliti perlu mengamati efek produk ke organisme aslinya.

Baca juga: Ramai soal Sunscreen SPF Palsu, Bagaimana Cara Membedakannya?

 

In vivo

Ilustrasi tikus dalam uji laboratoriumUnsplash Ilustrasi tikus dalam uji laboratorium
Beda dari in vitro, uji in vivo dilakukan untuk melihat reaksi tubuh organisme hidup secara keseluruhan dalam merespons suatu zat dalam produk tertentu.

Segi positifnya, in vivo akan menghasilkan informasi tentang efek zat atau perkembangan penyakit sesuai dengan kondisi organisme hidup. Ini membuat keamanan produk medis lebih terjamin.

Sayangnya, studi in vivo berpotensi menghasilkan kegagalan karena pengaruh proses metabolisme tubuh. Obat yang bekerja saat pengujian di laboratorium ternyata tidak berefek di tubuh manusia.

Meski begitu, uji in vivo biasanya tetap dilakukan ke hewan seperti tikus percobaan. Jika calon produk kelihatan aman dan efektif bekerja dalam penelitian in vitro dan hewan, peneliti akan menerapkannya pada manusia lewat uji klinis.

Jika hasil dari kedua proses uji tersebut aman dan efektif, produk baru bisa diproduksi secara massal untuk publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kata BWF soal Keputusan Kevin Sanjaya Pensiun dari Bulu Tangkis

Kata BWF soal Keputusan Kevin Sanjaya Pensiun dari Bulu Tangkis

Tren
Seorang Pria yang Diduga Terafiliasi Jemaah Islamiyah Serang Kantor Polisi Malaysia, 2 Petugas Meninggal Dunia

Seorang Pria yang Diduga Terafiliasi Jemaah Islamiyah Serang Kantor Polisi Malaysia, 2 Petugas Meninggal Dunia

Tren
Cara Menaikkan Trombosit bagi Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

Cara Menaikkan Trombosit bagi Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

Tren
Rawat Lansia, Pria Ini Dapat Warisan 5 Apartemen Bernilai Ratusan Juta

Rawat Lansia, Pria Ini Dapat Warisan 5 Apartemen Bernilai Ratusan Juta

Tren
Uang Palsu Diduga Marak Beredar, Ini Cara Mengeceknya agar Tak Tertipu

Uang Palsu Diduga Marak Beredar, Ini Cara Mengeceknya agar Tak Tertipu

Tren
Setelah Kevin Sanjaya, Ribka Sugiarto Umumkan Mundur dari PBSI

Setelah Kevin Sanjaya, Ribka Sugiarto Umumkan Mundur dari PBSI

Tren
5 Suplemen yang Bisa Berdampak Buruk pada Ginjal

5 Suplemen yang Bisa Berdampak Buruk pada Ginjal

Tren
Shin Tae-yong Panggil 22 Pemain untuk TC, Tidak Ada Nama Elkan Baggott dan Maarten Paes

Shin Tae-yong Panggil 22 Pemain untuk TC, Tidak Ada Nama Elkan Baggott dan Maarten Paes

Tren
Cara Cek Panggilan PPG Dalam Jabatan 2024, Kapan Dibuka?

Cara Cek Panggilan PPG Dalam Jabatan 2024, Kapan Dibuka?

Tren
3 Instansi Disebut Dimintai Uang BPK agar Dapat Opini WTP, Ada Kementan, Waskita, dan Kemenkominfo

3 Instansi Disebut Dimintai Uang BPK agar Dapat Opini WTP, Ada Kementan, Waskita, dan Kemenkominfo

Tren
Bobby Nasution Bakal Maju Pilkada Sumut, Pamannya Bidik Cawalkot Medan

Bobby Nasution Bakal Maju Pilkada Sumut, Pamannya Bidik Cawalkot Medan

Tren
Cara Cek Penerima Bansos PKH dan BPNT 2024, Begini Prosedurnya

Cara Cek Penerima Bansos PKH dan BPNT 2024, Begini Prosedurnya

Tren
Banjir Mahakam Ulu Kaltim Terparah dalam Sejarah, BMKG Ungkap Penyebabnya

Banjir Mahakam Ulu Kaltim Terparah dalam Sejarah, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

Tren
Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com