Namun, pelanggan ini bekerja di sebuah pabrik. Hal itu membuatnya kesulitan jika membungkus soto untuk dimakan saat beristirahat.
"Karena kalo dibungkus buat sangu (bekal) kerja memakai kuah pasti akan medhok atau layu berair," lanjut Andreas.
Untuk menjaga soto tersebut menjadi lebih tahan lama dan bisa dimakan belakangan, pemilik warung kemudian memodifikasi isi dan bumbu soto jualannya.
"Makanya terciptalah modifikasi menu yang menjadi toring atau soto garing," jelasnya,
Andreas menambahkan, soto memang termasuk salah satu comfort food untuk sarapan, terutama di daerah Jawa Tengah.
Baca juga: Cerita di Balik Menu Soto Campur Minuman Saset Jeruk di Angkringan West, Rasanya Bagaimana?
Andreas menjelaskan, satu porsi soto garing memiliki isi yang sama dengan soto berkuah pada umumnya.
"Sama. Ada suwir ayam, sledri, tauge, dan lain-lain," ujarnya.
Namun, perbedaan dengan soto pada umumnya adalah kuahnya. Toring cukup dituangi kecap asin dan kuah soto sedikit ke atas isiannya. Kecap dan kuah tadi merupakan bagian dari bumbu soto garing.
Meski tidak memiliki kuah yang banyak seperti jenis soto lainnya, Andreas mengatakan makanan ini tetap bisa disebut sebagai soto.
"Masih (disebut soto). Makanya namanya toring atau soto kering, karena tetep ada penggunaan kuah sebagai bumbunya," tandasnya.
Baca juga: Ramai soal Soto, Ini Hidangan Soto dari Jawa, Sumatera, dan Berbagai Daerah di Indonesia
Menurut Andreas, soto kering ini merupakan modifikasi yang muncul sesuai permintaan pelanggan.
Utamanya, bagi mereka yang tidak ingin makan makanan terlalu berkuah, tidak bisa menghangatkan kuah soto untuk dimakan nanti, maupun takut makanannya akan tidak enak lagi.
"Pasti penjualan soto kering satu paket dengan orang jualan soto biasa. Itu modifikasi dari soto (berkuah)," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.