Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Generasi "Tanpa Negara"

Kompas.com - 21/07/2023, 10:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERISTIWA sosial demografi yang menjadi perhatian publik beberapa minggu belakangan ini, adalah data yang dikemukakan pihak imigrasi bahwa setiap tahun rata-rata kurang lebih 1000-an WNI atau warga negara Indonesia pindah menjadi warga negara Singapura.

Tentu saja info tersebut langsung menjadi pro dan kontra. Ada yang mendukung karena terkait masalah kesejahteraan hidup yang susah diperoleh di negeri sendiri; tapi ada juga yang menyesalkan karena dianggap “tidak mencintai” tanah air sendiri.

Sebenarnya, bagaimana kita membaca fenomena ini?

Pertama-tama peristiwa sosial demografi seperti kepindahan seseorang untuk menjadi warga negara di negara lain itu tentu bukan peristiwa baru.

Bahkan peristiwa ini sudah berlangsung jauh sebelum negara-negara terbentuk seperti saat ini. Di mana satu entitas pindah dari satu tempat ke tempat lain yang jauh lebih menjanjikan.

Dalam teori demografi, hal itu disebut "migrasi out" atau migrasi keluar. "Migrasi out" biasanya dilatari sejumlah alasan seperti: keamanan terganggu di daerah asal; kenyamanan serta potensi lain yang menjanjikan di daerah tujuan, peristiwa domestik seperti diajak oleh pasangan untuk pindah ke tempat baru.

Selain "migrasi out", ada lagi “migrasi in”, yakni berpindahnya seseorang menjadi warga warga suatu tempat dikarenakan tempat itu jelas menjanjikan atau bisa memberikan pilihan potensial kesejahteraan seseorang.

Karena mungkin di tempat saat ini dia jauh lebih lama membangun relasi dan jaringan sosial, sehingga dia bisa lebih memungkinkan untuk hidup di tempat baru tersebut ketimbang pulang kembali ke daerah asal atau ke kampung halaman.

Biasanya "migrasi in" terjadi karena seseorang yang pindah sekolah ke perguruan tinggi yang berbeda wilayah atau karena pasangan hidupnya ada di wilayah itu. Atau karena pekerjaannya ada di tempat tersebut.

Kembali ke persoalan terjadinya migrasi ke negara Singapura maupun ke negara lain, bisa jadi sebetulnya motifnya sebagian besar sama.

Pertama, WNI tersebut memang sedikit banyak mulai menata serta mengembangkan kehidupannya di negara tersebut.

Seperti direkam media, berdasarkan hasil mewawancara beberapa orang WNI yang pindah menjadi warga negara Singapura, memberikan jawaban bahwa mereka sekolah, bahkan mendapatkan beasiswa pendidikan dari Singapura.

Lalu setelah itu mereka mendapatkan pekerjaan di Singapura kemudian mendapatkan pasangan hidup di Singapura.

Sehingga berbagai peristiwa sosial tersebut akhirnya membangun satu perspektif bahwa kalau bisa mengembangkan dan berkarier di negara tersebut, mengapa tidak dibuat permanen sekalian.

Sehingga mereka bisa menata dan merencanakan kehidupan dan masa depannya lebih pasti di daerah tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Berapa Gaji Komite BP Tapera? Ada Menteri Basuki dan Sri Mulyani

Berapa Gaji Komite BP Tapera? Ada Menteri Basuki dan Sri Mulyani

Tren
Daftar Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes dan Bloomberg Akhir Mei 2024

Daftar Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes dan Bloomberg Akhir Mei 2024

Tren
Cara Download Aplikasi JMO (Jamsostek Mobile), Bayar Iuran BPJS Ketenagakerjaan Jadi Lebih Mudah

Cara Download Aplikasi JMO (Jamsostek Mobile), Bayar Iuran BPJS Ketenagakerjaan Jadi Lebih Mudah

Tren
Syarat Kredit Rumah Pakai Tapera dan Kelompok Prioritas Penerimanya

Syarat Kredit Rumah Pakai Tapera dan Kelompok Prioritas Penerimanya

Tren
Biar Ibadah Haji Lancar, Ini 4 Hal yang Wajib Dipersiapkan Jemaah

Biar Ibadah Haji Lancar, Ini 4 Hal yang Wajib Dipersiapkan Jemaah

BrandzView
Israel Klaim Kuasai Koridor Philadelphia, Berisi Terowongan untuk Memasok Senjata ke Hamas

Israel Klaim Kuasai Koridor Philadelphia, Berisi Terowongan untuk Memasok Senjata ke Hamas

Tren
KCIC Luncurkan Frequent Whoosher Card untuk Penumpang Kereta Cepat, Tiket Bisa Lebih Murah

KCIC Luncurkan Frequent Whoosher Card untuk Penumpang Kereta Cepat, Tiket Bisa Lebih Murah

Tren
Intip Kehidupan Mahasiswa Indonesia di UIM Madinah, Beasiswa '1.000 Persen' dan Umrah Tiap Saat

Intip Kehidupan Mahasiswa Indonesia di UIM Madinah, Beasiswa "1.000 Persen" dan Umrah Tiap Saat

Tren
Mengenal Penyakit Multiple Sclerosis, Berikut Gejala dan Penyebabnya

Mengenal Penyakit Multiple Sclerosis, Berikut Gejala dan Penyebabnya

Tren
Kenali Perbedaan SIM C, SIM C1, dan SIM C2

Kenali Perbedaan SIM C, SIM C1, dan SIM C2

Tren
Apakah Dana Tapera Bisa Dicairkan? Ini Mekanisme dan Syaratnya

Apakah Dana Tapera Bisa Dicairkan? Ini Mekanisme dan Syaratnya

Tren
SYL Beri Nayunda Nabila Kalung Emas dan Tas Mewah Pakai Uang Kementan

SYL Beri Nayunda Nabila Kalung Emas dan Tas Mewah Pakai Uang Kementan

Tren
Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri, Kok Bisa?

Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri, Kok Bisa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com