Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Istana Kepresidenan yang Ada di Indonesia, Apa Saja?

Kompas.com - 10/06/2023, 10:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

5. Istana Cipanas

Istana Cipanas berada di antara jalur Jalan Raya Jakarta dan Bandung arah Puncak, di sekitar 103 kilometer dari Jakarta.

Sesuai namanya, istana tersebut terletak di Desa Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, di kaki Gunung Gede, Jawa Barat.

Kata 'Cipanas' yang menjadi nama dari istana tersebut berasal dari bahasa Sunda ci atau cai yang padanannya adalah air dan panas yang artinya juga panas dalam bahasa Indonesia.

Adapun, keberadaan Istana Cipanas bermula dari sebuah bangunan yang didirikan pada 1740 oleh seorang tuan tanah Belanda bernama Van Heot.

Istana tersebut dibangun karena berdekatan dengan sumber air panas dan lingkungan dengan udara sejuk serta alamnya yang bersih dan segar.

Sejak didirikannya pada masa pemerintahan Belanda, Istana Cipanas difungsikan sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan.

Seiring berjalannya waktu, istana tersebut juga pernah digunakan sebagai lokasi pernikahan Soekarno dengan Hartini.

Dilansir dari laman resmi Istana Cipanas, istana ini dapat dikunjungi dengan syarat mengajukan permohonan ke Kepala Istana Kepresidenan Cipanas.

Baca juga: Viral Video Banjir Bandang di Cipanas, Puncak Bogor, BNPB Sebut Hoaks

6. Istana Tampak Siring

Gelung Kori Agung di Istana Tampak Siring, Gianyar, BaliDokumentasi Istana Tampak Siring Gelung Kori Agung di Istana Tampak Siring, Gianyar, Bali

Salah satu destinasi yang bisa dikunjungi ketika berada di Bali adalah Istana Tampak Siring.

Istana itu berada di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.

Nama Tampak Siring berasal dari 2 kata dalam bahasa Bali, yakni 'tampak' yang artinya telapak dan 'siring' yang artinya miring.

Konon, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Ia dikenal sakti dan pandai.

Namun, ia mempunyai sifat angkara muka dan menganggap dirinya sebagai dewa.

Dari situlah Batara Indra marah dan mengirimkan bala tentaranya untuk menghancurkan Mayadenawa.

Ia pun lari ke hutan dan dapat ditangkap oleh bala tentara Batara Indra. Namun, sisa kesaktian Mayadenawa memunculkan mata air beracun.

Batara Indra lalu menciptakan mata air baru sebagai penawar dari mata air beracun tersebut. Air mata ini kemudian dinamai Tirta Empul.

Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan di atas kakinya yang dimiringkan itulah yang kemudian dikenal sebagai Tampak Siring.

Baca juga: Mengapa Turis Asing di Bali Kini Leluasa Melanggar Aturan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com