Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang 17 Tahun Luapan Lumpur Lapindo di Sidoarjo

Kompas.com - 29/05/2023, 15:45 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Mirip fenomena lumpur alam bledug di Purworejo

Kepala Laboratorium Geosains Prodi Fisika UB, Adi Susilo saat itu menuturkan, semburan Lumpur Lapindo mirip dengan fenomena alam lumpur Bledug Kuwu di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Menurutnya, fenomena lumpur bledug itu sudah berlangsung lebih dari seratus tahun.

Meski saat ini yang tampak di lokasi semburan di Purworejo hanya tersisa gas dan sesekali lumpur, tidak ada yang mengetahui seberapa besar semburan itu pada awalnya.

"Tidak ada catatan sejarah mengenai itu," kata Adi.

Artinya, ada kemungkinan perut Bumi di bawah Sidoarjo masih punya persediaan lumpur untuk disemburkan sampai seratus tahun ke depan.

Senada, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jawa Timur Arief Rahmansyah juga menyebut bahwa penanggulangan lumpur Lapindo sudah selesai.

Sebab, tidak ada lagi teknologi yang bisa diterapkan. Hal ini mendorong perhatian beralih pada penanganan lumpur di atas permukaan.

Baca juga: Disiapkan Rp 270 Miliar, Ini Agenda Penanganan Lumpur Lapindo pada 2023

Potensi kandungan logam tanah jarang

Belasan tahun sejak semburan pertama, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengungkap adanya potensi kandungan logam tanah jarang (rare earth).

Rare earth merupakan salah satu mineral yang jadi perhatian, karena dibutuhkan dalam pengembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Rare earth element (REE) adalah 17 unsur kimia yang terjadi bersama-sama dalam tabel periodik, terletak di tengah tabel periodik (nomor atom 21, 39, dan 57-71).

Golongan ini terdiri dari itrium dan 15 elemen lantanida (lantanum, cerium, praseodimium, neodimium, promethium, samarium, europium, gadolinium, terbium, disprosium, holmium, erbium, thulium, ytterbium, dan lutetium).

Elemen-elemen tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk industri berteknologi tinggi.

"Logam ini memiliki sifat-sifat yang tidak biasa sehingga sangat berguna saat dicampur dengan logam umum meskipun dengan jumlah sedikit," kata dosen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (24/1/2022).

Banyak teknologi yang memanfaatkan REE ini, seperti smarthphone, lampu LED, dan mobil listrik.

Beberapa elemen tanah jarang digunakan dalam penyulingan minyak dan tenaga nuklir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com