Berangkat sekitar 2019, Gludhug bukan hanya menempuh pendidikan Magister sekaligus Doktor di universitas yang sama, tetapi juga bekerja.
Kala Gludhug menempuh pendidikan di Jakarta, Marwoto juga aktif dalam Ketoprak Humor.
"Jadi kan bisa ngontrol. Setelah di Jakarta, Ketoprak Humor main, tidurnya di kosnya Ariyo. Tidur di sana, saling komunikasi," kata dia.
Nah, berbeda saat Gludhug menuntut ilmu di Australia, Marwoto maupun sanak saudara lain tak dapat sering-sering bertatap muka dengan Gludhug.
Kendati begitu, mereka tetap saling memberi kabar dan berkomunikasi via panggilan video hampir setiap Sabtu dan Minggu.
Baca juga: Kisah Nuri dan Haris, Mereka yang Berhasil Melewati Badai Bernama Kanker
Menurut Marwoto, pandemi adalah waktu terberat karena Gludhug nyaris patah semangat.
Namun, dukungan dari keluarga terutama sang ibu membuatnya kembali bangkit dan melanjutkan menempuh pendidikan di sana.
"Ngomong sama ibunya, 'Bu balik wae opo yo (Bu, pulang saja apa ya)?' Tapi ibunya kan kasih semangat terus," kata Marwoto.
"Kamu balik yo ngopo, wong sekolahnya neng kono. (Kamu pulang juga mau apa, orang sekolahnya di situ). Dikasih semangat ibunya."
Bahkan, saat pandemi dan terjebak di Adelaide, Gludhug belajar memasak untuk asupannya sehari-hari sekaligus menghabiskan waktu.
Masakan Gludhug pun membuat teman-teman sesama Indonesia tertarik, hingga banyak yang memesan ketika ada yang hendak menyelenggarakan acara.
"Jadi itu ngisi kekosongan karena tidak boleh pergi, jadi ada aktivitas, akhirnya juga menghasilkan," ungkapnya.
Hal serupa juga terjadi sewaktu menempuh program sarjana di Atma Jaya, Gludhug menyambi bekerja dengan mengajar les, teater, atau lainnya.
Meski kegiatannya cukup padat, tetapi dia mampu menyelesaikan pendidikan sarjana tepat waktu, yakni selama 3 tahun 8 bulan.
Baca juga: Ramadhan di Negara Nordik, Serunya Mencari Aliran Puasa di Wilayah yang Punya Matahari Tengah Malam
Aktor yang pernah bermain di Cek Toko Sebelah 2 ini mengungkapkan, terdapat filosofi di balik nama bernuansa Jawa anaknya.