Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Marwoto, Pelawak yang Tak Lulus SMP, Punya Anak Raih Gelar Doktor di Australia

KOMPAS.com - Sri Slamet Sumarwoto alias Marwoto (70), pelawak dan aktor asal Yogyakarta, tak bisa menahan rasa haru saat melihat sang putra mendapatkan gelar Doktor.

Melalui unggahan Facebook Widihasto Wasana Putra, Jumat (5/5/2023), tampak Marwoto beserta keluarga dan teman menyaksikan sang anak sah menyandang Ph.D dari School of Biological Sciences The University of Adelaide Australia.

"Saking bungahnya, bahkan sehari sebelumnya Marwoto mengobral cerita ke setiap orang yang ditemui, kalau anak lanang bakal wisuda doktor. Cilakanya hanya sedikit yang percaya. Sebagian menganggap Marwoto --seperti kebiasaannya selama ini-- lagi nglawak. Ternyata memang sungguhan. Marwoto tak sedang melawak," ujarnya.

Widihasto pun menulis, bahwa dalam momen itu Marwoto sempat berkelakar,"Asuog. Anakku kok iso yo dadi doktor ning Ostrali...Padahal bapakne bajingan...hahahah...SMEP wae ora rampung, tapi kok anake iso tekan doktor..." 

Saat dikonfirmasi, Marwoto membenarkan bahwa sang anak, Gludhug Ariyo Purnomo (37) baru saja mendapatkan gelar Ph.D dari salah satu universitas di Negeri Kanguru.

Marwoto menceritakan, dirinya sempat dikira berkelakar saat bertemu dan memberi kabar kepada temannya, Widihasto dan Romo Sindhu pada Kamis (4/5/2023) malam, sehari sebelum wisuda.

Hingga keesokan harinya, Jumat (5/5/2023), Marwoto memindahkan televisi ke teras rumah untuk menonton acara wisuda anaknya bersama-sama.

Kala itu, saat kembali memutar siaran ketika Gludhug berpidato dengan amat fasih dalam bahasa Inggris, dia mengaku terbantu dengan terjemahan dari Romo.

"Saya punya guide kok, tadinya saya tidak tahu, tapi Romo Sindhu, 'Iki nyebut ngene loh, Mas (ini nyebut seperti ini)'," kata dia, saat berbincang bersama Kompas.com, Senin (8/5/2023).

Hampir ragu saat sang anak merantau

Pelawak ini pun mengenang kembali seluruh hidupnya. Ia tak menyangka sang anak bisa meraih gelar Doktor lantaran dirinya hanya berpendidikan rendah, yaitu SMP.

"Itu aja nggak selesai. Kelas 1 keluar cari kerjaan, di ketoprak kelilingan," ujarnya.

Karena itulah, Marwoto sempat ragu ketika sang anak memutuskan merantau untuk menempuh pendidikan S1 di Jakarta. Namun, keraguannya luluh juga berkat pendirian kuat sang anak.

"Malah dia ngomong, 'Nek aku neng Jogja ngko aku dimanja, apa-apa dicepaki (kalau aku di Jogja malah nanti dimanja, apa-apa disediakan)'," ungkapnya menirukan Gludhug.

"Dulu di Atma Jaya Jakarta S1-nya. Jadi saya biayain cuma sampai S1. Begitu pulang, selesai S1, pulang dulu ke Jogja, tahu-tahu dipanggil lembaga yang dulu praktiknya di sana," imbuhnya.

Marwoto pun dibuat bingung saat Gludhug tiba-tiba berbincang hendak bertolak ke Australia.

Berangkat sekitar 2019, Gludhug bukan hanya menempuh pendidikan Magister sekaligus Doktor di universitas yang sama, tetapi juga bekerja.

Kala Gludhug menempuh pendidikan di Jakarta, Marwoto juga aktif dalam Ketoprak Humor.

"Jadi kan bisa ngontrol. Setelah di Jakarta, Ketoprak Humor main, tidurnya di kosnya Ariyo. Tidur di sana, saling komunikasi," kata dia.

Nah, berbeda saat Gludhug menuntut ilmu di Australia, Marwoto maupun sanak saudara lain tak dapat sering-sering bertatap muka dengan Gludhug.

Kendati begitu, mereka tetap saling memberi kabar dan berkomunikasi via panggilan video hampir setiap Sabtu dan Minggu.

Nyaris patah semangat saat pandemi, terus beri dukungan

Menurut Marwoto, pandemi adalah waktu terberat karena Gludhug nyaris patah semangat.

Namun, dukungan dari keluarga terutama sang ibu membuatnya kembali bangkit dan melanjutkan menempuh pendidikan di sana.

"Ngomong sama ibunya, 'Bu balik wae opo yo (Bu, pulang saja apa ya)?' Tapi ibunya kan kasih semangat terus," kata Marwoto.

"Kamu balik yo ngopo, wong sekolahnya neng kono. (Kamu pulang juga mau apa, orang sekolahnya di situ). Dikasih semangat ibunya."

Bahkan, saat pandemi dan terjebak di Adelaide, Gludhug belajar memasak untuk asupannya sehari-hari sekaligus menghabiskan waktu.

Masakan Gludhug pun membuat teman-teman sesama Indonesia tertarik, hingga banyak yang memesan ketika ada yang hendak menyelenggarakan acara.

"Jadi itu ngisi kekosongan karena tidak boleh pergi, jadi ada aktivitas, akhirnya juga menghasilkan," ungkapnya.

Hal serupa juga terjadi sewaktu menempuh program sarjana di Atma Jaya, Gludhug menyambi bekerja dengan mengajar les, teater, atau lainnya.

Meski kegiatannya cukup padat, tetapi dia mampu menyelesaikan pendidikan sarjana tepat waktu, yakni selama 3 tahun 8 bulan.

Takut berekspektasi tinggi terhadap anak

Aktor yang pernah bermain di Cek Toko Sebelah 2 ini mengungkapkan, terdapat filosofi di balik nama bernuansa Jawa anaknya.

"Gludhug itu kan kayak petir, Ariyo itu laki-laki bagi saya, Purnomo itu kan Bulan purnama. Jadi Bulan purnama ada seorang anak, ada gludhug, kan kayak mustahil," kata dia.

"Ternyata sekarang benar kan? Semua orang nggak nyangka lah."

Marwoto mengaku, dirinya bukanlah orangtua yang menuntut anak harus jadi sosok tertentu saat dewasa kelak. Menurutnya, tuntutan seperti itu akan membuat anak tak memiliki kebebasan.

"Kalau saya ngomong saya harus begini, itu anak nggak punya kebebasan. Cuma kalau nggak benar, saya baru maju," ujarnya.

Namun, satu pesan yang dia sampaikan kepada Gludhug ketika baru memulai pendidikan tinggi, untuk mencari jurusan yang tak terlalu banyak peminat. Dengan begitu saat lulus, sang anak tak terlalu memiliki banyak saingan dalam dunia pekerjaan.

Marwoto juga takut kalau terlalu tinggi berekspektasi. Yang dia lihat dan ingat, hanyalah kerja keras sang anak.

"Kerja keras Gludhug, cuma berdoa saya, tidak mau kamu harus begini-begini. Wong saya kalah pandai. Dia kan sudah punya langkah-langkah sendiri," ungkapnya.

Selesai menempuh pendidikan Doktor, Marwoto pun menyerahkan segala langkah selanjutnya kepada Gludhug. Dia mengatakan, Gludhug masih memiliki kontrak hingga 2024 nanti.

"Habis itu ya terserah, saya nggak berani, saya kan nggak seperti kamu harus di sini, di sini. Senyamannya dia. Wong dia juga perhatian sama orangtua kok," tandasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/10/100000465/cerita-marwoto-pelawak-yang-tak-lulus-smp-punya-anak-raih-gelar-doktor-di

Terkini Lainnya

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke