Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramadhan di Negara Nordik, Serunya Mencari "Aliran" Puasa di Wilayah yang Punya Matahari Tengah Malam

Kompas.com - 27/03/2023, 15:15 WIB

KOMPAS.com - Memasuki bulan suci Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia dituntut menunaikan ibadah puasa, mulai terbit fajar hingga terbenamnya Matahari.

Kewajiban menunaikan ibadah ini juga dilakukan oleh Muslim di negara-negara dengan kondisi Matahari tak pernah benar-benar tenggelam.

Di sana, tepat di lintang tinggi saat musim panas, mereka akan merasakan fenomena Midnight Sun atau Matahari Tengah Malam.

Adalah negara Nordik, termasuk Norwegia dan Islandia, yang menjadi negeri dengan berkah cahaya Matahari nyaris selama 24 jam.

Kewalahan saat anak belajar puasa di musim panas

Pengalaman berpuasa saat Midnight Sun turut dirasakan Fitri Maharani, WNI yang kini menetap di Trondheim, Norwegia.

Hidup kurang lebih 15 tahun bersama keluarga kecilnya, Fitri mengaku semula tak masalah menjalani puasa selama di Trondheim.

Namun, seiring berjalannya waktu, saat musim panas, durasi puasa terlalu lama pun akhirnya membuat kewalahan. Belum lagi, kala itu, sang anak mulai belajar berpuasa.

"Dia agak besar, mulai diajari puasa, mulai kewalahan, nggak sanggup kita ikuti waktu lokal karena puasa yang panjang," cerita Fitri melalui sambungan telepon, Selasa (20/3/2023).

Fitri menceritakan, musim panas membuat negara yang dia tempati tidak pernah benar-benar merasakan malam.

Artinya, sinar Matahari terus-menerus ada hingga tidak ada perbedaan pasti antara siang dan malam.

"Utamanya karena anak mulai puasa dan kita nggak mungkin ikut waktu lokal yang antara maghrib dan isya cepet, terus isya ke subuh jaraknya dekat sekali," kata dia.

Untungnya, kata dia, ada sebuah fatwa ulama setempat mengenai tiga alternatif waktu sebagai solusi berpuasa di waktu-waktu ekstrem.

Pertama, menjalankan shalat dan berpuasa seperti biasa mengikuti waktu lokal, dari terbit fajar hingga terbenamnya Matahari. Atau, mengikuti waktu shalat "frozen time", yakni shalat dan puasa mengikuti perkiraan waktu dilihat dari malam terakhir paling sempurna.

"Yang kita pilih itu ketiga, waktu Hijaz. Jadi kita ikut waktunya Mekkah. Misalnya, Ramadhan sekarang cuma puasa 14,5 jam, jadi betul-betul waktu Mekkah," ungkap Fitri.

Fitri mengatakan, dia dan sang suami, Gema, memantapkan hati untuk mengikuti alternatif waktu ketiga.

Baca juga: Kisah Al-Mansur, Kapal Pesiar Megah Saddam Hussein yang Kini Terbengkalai Jadi Tempat Minum Teh Para Nelayan

Bahagia menjadi Muslim di Norwegia

Kajian Muslim Indonesia di Trondheim (KMIT)Dok. Fitri Maharani Kajian Muslim Indonesia di Trondheim (KMIT)

Kendati hidup di zona waktu ekstrem, Fitri mengaku bahagia bisa menjadi Muslim di tengah negara Nordik ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com