"Ketemu WNI tersebut, ibu, anak, dan suaminya tinggal 2 tahun di Jepang," kata Omen, Kamis (4/5/2023).
Baca juga: Jepang dan Korsel Alami Resesi Seks, Apa Penyebabnya?
Lebih lanjut, Omen mengatakan bahwa anak M mulai bersekolah di TK yang jumlah muridnya hanya 2 anak tersebut pada April 2023.
Hal tersebut bertepatan dengan penerimaan murid baru di Jepang yang biasanya digelar pada Maret, April, atau Mei.
Omen menyampaikan, di dekat tempat tinggal M sebenarnya terdapat TK untuk pendidikan anak usia dini. Namun, TK tersebut sudah tutup karena tidak ada kegiatan belajar-mengajar sehingga M harus mencari sekolah lain.
M akhirnya mencari TK lain dan menemukan sekolah yang berjarak 30-40 menit menggunakan sepeda dari tempat tinggalnya.
"Dan di situ pun pendaftaran hanya ada 1 murid orang Jepang. Dan satu murid lagi, yang kedua anaknya ibu M," jelas Omen.
Omen juga mengungapkan bahwa M mengalami kendala ketika anaknya yang masih belia bersekolah di Jepang.
Salah satu kendala yang ia hadapi adalah keterbatasan bahasa. Anak M juga belum mampu memahami bahasa Jepang dengan baik.
Baca juga: Alami Resesi Seks, Jepang dan Korsel Akan Beri Subsidi Rumah Baru Pasutri
Omen juga mengatakan, jumlah guru yang mengajar di TK tersebut hanya 7 orang.
Kendati demikian, mereka menjalankan kegiatan belajar-mengajar secara profesional dan pembelajaran juga berlangsung intens.
Hingga saat ini, anak WNI tersebut masih bersekolah dan akan menjalani masa pendidikan selama 1 tahun.
"Udah kaya les private. Jadi sekolah profesional aja. Belajar mengajar tetep sama standarnya," jelas Omen.
"Enggak ada masalah (kegiatan belajar mengajar) sama sekali," sambungnya.
Baca juga: Jutaan Rumah di Jepang Telantar karena Populasi Penduduk Merosot
Lebih lanjut, Omen juga membeberkan faktor yang menyebabkan populasi di Jepang turun sehingga banyak sekolah tutup atau hanya memiliki sedikit murid.