Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Penampakan Bulan Berukuran Raksasa di Lingkar Arktik, Benarkah Fenomena Itu?

Kompas.com - 29/03/2023, 16:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video yang merekam penampakan Bulan berukuran raksasa hingga menyebabkan gerhana, viral di media sosial.

Video tersebut salah satunya diunggah oleh akun TikTok ini, Sabtu (18/3/2023). Tampak dalam video, Bulan berukuran besar terbit dan bergerak dengan cepat.

Bulan yang berukuran besar ini juga sempat menutupi Matahari hingga menyebabkan area sekitar gelap atau gerhana, sebelum akhirnya terbenam.

Pengunggah menyebutkan, peristiwa tersebut terjadi di Lingkar Arktik, antara Rusia dan Kanada.

"Bayangkan Anda berada di suatu tempat antara Kanada dan Rusia dan tiba-tiba hanya dalam 30 detik, Bulan muncul dengan segala kemegahannya dan menghilang di depan mata," tulis pengunggah.

"Sepertinya Bulan akan bertabrakan dengan Bumi. Tapi yang lebih mengesankan, dan hanya dalam 5 detik, gerhana Matahari total terjadi setelahnya," lanjut pengunggah.

Video penampakan Bulan raksasa ini pun menarik perhatian warganet. Bahkan, hingga Rabu (29/3/2023), unggahan TikTok ini telah dilihat lebih dari 4,5 juta kali dan disukai lebih dari 367.000 pengguna.

Lantas, benarkah penampakan Bulan berukuran besar hingga menyebabkan gerhana seperti dalam video?

Baca juga: Bulan Purnama Cacing Hiasi Langit Malam Ini, Fenomena Apa Itu?

Penjelasan BRIN

Peneliti di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menegaskan, video penampakan Bulan raksasa tersebut adalah hoaks atau tidak benar.

"Saya bisa pastikan video itu adalah hoaks," ujar Andi, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/3/2023).

Menurut Andi, jarak Bulan saat ini sekitar 356.000-406.000 kilometer dari Bumi. Oleh karena itu, tidak mungkin Bulan akan terlihat sebesar dan sedekat itu dari Bumi.

Tampak dalam video, Bulan dan Matahari memiliki ukuran berbeda. Padahal, dia menjelaskan, seharusnya Bulan memiliki lebar sudut yang hampir sama dengan Matahari.

Namun, apabila Bulan ternyata memiliki jarak sedekat dan terlihat sebesar dalam video, maka seharusnya ada beberapa dampak yang terjadi.

Baca juga: Muncul Penampakan Bulan dan Venus Berdekatan, Kapan Terjadi Lagi?

Pertama, Andi menuturkan, durasi sinodis atau periode Bulan mengorbit Bumi menjadi lebih pendek.

"Yang kedua, akan mempercepat rotasi Bumi," kata Andi.

Ketiga, lanjut Andi, panjang satu tahun atau durasi saat Bumi mengorbit Matahari seharusnya akan menjadi lebih panjang.

Terakhir, apabila Bulan berada di batas roche antara Bumi dan Bulan, yakni sekitar 9.000 kilometer di atas permukaan Bumi, menurut Andi, Bulan akan berpotensi jatuh ke Bumi.

"Kemudian meningkatkan air pasang laut, dan kawah yang terbentuk dapat memusnahkan sepertiga kehidupan di Bumi," imbuhnya.

Bukan hanya itu, peneliti BRIN ini mengungkapkan, faktanya Bulan menjauh 4 sentimeter dari Bumi setiap tahunnya.

Dengan demikian, 1 miliar tahun ke depan, apabila penduduk Bumi masih hidup, mereka tidak akan dapat menyaksikan Gerhana Matahari Total.

"Melainkan hanya Gerhana Matahari Cincin. Jadi kesimpulannya video tersebut adalah hoaks," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ditutup Juni 2024, Ini yang Terjadi jika Tidak Lakukan Pemadanan NIK dengan NPWP

Ditutup Juni 2024, Ini yang Terjadi jika Tidak Lakukan Pemadanan NIK dengan NPWP

Tren
13 Wilayah Indonesia yang Memasuki Awal Musim Kemarau pada Juni 2024

13 Wilayah Indonesia yang Memasuki Awal Musim Kemarau pada Juni 2024

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Penderita Asam Lambung, Tidak Bikin Perut Perih

7 Sarapan Sehat untuk Penderita Asam Lambung, Tidak Bikin Perut Perih

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 29-30 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 29-30 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Gaji Buruh Dipotong Tapera, Mulai Kapan? | Profil Rwanda, Negara Terbersih di Dunia

[POPULER TREN] Gaji Buruh Dipotong Tapera, Mulai Kapan? | Profil Rwanda, Negara Terbersih di Dunia

Tren
Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Tren
Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Tren
4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

Tren
SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

Tren
Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Tren
Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Tren
Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Tren
Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Tren
Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Tren
Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com