Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ika Permatasari-Olsen Puasa Sembari Berlayar, Sahur dan Buka di Dua Negara Berbeda

Kompas.com - 24/03/2023, 10:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

"Kalau di Perancis itu biasanya duluan untuk sahurnya, tapi di Spanyol buka puasanya mungkin 30-45 menit lebih lambat," ujarnya.

Permasalahan yang dicap ribet oleh Ika adalah saat North Eagle berada di tengah laut. Saat itu, yacht miliknya tengah menyeberang dari Norwegia ke Belanda.

Kebingungan pun melanda menjelang berbuka, kala harus menentukan waktu buka atau mengikuti durasi puasa negara mana.

"Jadinya aku ada di tengah-tengah laut. Ini jam berapa ya, sudah buka puasa belum? Aku buka puasanya ini ikut siapa? Karena berangkat dari Norway nggak lewat dalam dan kita pilih lewat luar, kita lewatin Denmark, ini kita buka puasanya ikut siapa," kenang Ika.

Namun akhirnya, perempuan yang sudah berlayar sejak 2018 ini pun memilih mengikuti waktu berbuka puasa di Norwegia.

Sebab, saat itu Ika sudah dari awal berniat untuk mengikuti durasi berpuasa di Norwegia.

Meski ada keringanan untuk traveller, Ika mengatakan bahwa selagi mampu dirinya akan berusaha untuk menjalankan ibadah puasa.

"Menurutku, selagi bisa dilakukan kenapa tidak, toh ujung-ujungnya harus bayar puasa. Jadi mending dilakukan, kalau sudah niat, kalau tidak ada apa-apa, kalau memang bisa dituntasin hari itu," terang Ika.

Baca juga: Digunakan Ika Permatasari-Olsen Mengelilingi Eropa, Ini Spesifikasi Kapal Yacht Benetau 57 2004

Pernah berpuasa hingga 20 jam

Ramadhan yang terkadang datang di musim berbeda pun mengharuskan istri Oyvind Olsen ini berpuasa dalam durasi berbeda pula.

Ika menceritakan, pengalaman berpuasa di Belanda mencapai 18-19 jam. Namun tahun ini, khusus di Oslo, ibu kota Norwegia, puasa akan berlangsung sekitar 15 jam.

"Terus untuk di Oslo sekarang ini, sahurnya jam 4, iftar (buka puasa) jam 6.42, (jadi sekitar) 15 jam," kata dia.

Sebuah keuntungan menurut Ika, lantaran Ramadhan kali ini tiba di musim semi. Selain cuaca tak panas, hal ini membuat malam cenderung lebih panjang daripada siang.

Berbeda saat musim panas, selain teriknya Matahari, dia bahkan pernah berpuasa selama nyaris 20 jam. Pengalaman inilah yang menurut dia paling berkesan.

"Dulu aku pernah puasa pas summer (musim panas). Kalau summer kan Matahari nggak tenggelam sama sekali. Kalau seperti itu, aku sampai tanya-tanya karena Mataharinya nggak tenggelam," cerita Ika.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com