Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Pengadilan Monyet Darwin

Kompas.com - 19/03/2023, 05:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AMERIKA Serikat dikenal sebagai negara yang berada di gugus terdepan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ternyata posisi terdepan itu sempat berada pada posisi terbelakang pada awal abad XX.

Pada awal abad XX, masyarakat Amerika Serikat masih belum bisa menerima teori evolusi Charles Darwin sebagai bagian hakiki terpisahkan dari sejarah sains di planet bumi ini.

Keterbelakangan Amerika Serikat dalam hal pemahaman sains tercermin jelas pada kasus Pengadilan Scoopes yang juga tersohor sebagai Pengadilan Monyet Darwin pada 1925.

Bagi kita yang kini hidup pada abad XXI rasanya sulit percaya bahwa pada tahun 20-an abad XX ternyata kecerdasan sains masyarakat Amerika Serikat masih sedemikian terbelakang sehingga tega mengadili seorang guru muda bernama John Scopes, yang diadili hanya karena mengajarkan teori evolusi Darwin kepada para muridnya di public school di Tennessee.

Pengadilan Scopes yang dijuluki Pengadilan Monyet Darwin merupakan cemooh terhadap mereka yang percaya pada teori evolusi Darwin bahwa nenek-moyang manusia adalah monyet. Padahal Darwin sendiri tidak pernah bilang begitu.

Darwin sekadar berteori bahwa evolusi jenis makhluk terjadi melalui proses seleksi alamiah berkaidah the survival of the fittest.

Meski di masa kini masih ada kelompok masyarakat penganut paham penciptaan sesuai yang dikisahkan di kitab Genesis pada Alkitab, namun sudah tidak lazim lagi untuk menyeret seorang guru sains yang mengajarkan teori Darwin kepada para muridnya di sekolah ke meja pengadilan.

Di dunia beradab masa kini tidak ada lagi yang mempermasalahkan teori Darwin diajarkan di sekolah-sekolah sebab sudah tiada ada lagi hukum yang melarang orang percaya teori evolusi Darwin maupun percaya kisah penciptaan di dalam Alkitab.

Untuk mengabadikan Pengadilan Monyet Darwin di semesta kesenian, Jerome Lawrence and Robert E. Lee menggubah karya teater Inherit The Wind yang dipergelar-perdanakan pada tahun 1955 di Dallas, Texas.

Disusul pada 1960, sutradara Stanley Kramer mengangkat Inherit The Wind ke layar lebar dibintangi secara cemerlang oleh Spencer Tracy yang dianugerahi piala Oscar sebagai aktor terbaik.

Baik Pengadilan Monyet Darwin sebagai kasus hukum maupun Inherit the Wind sebagai ekspresi seni membuktikan bahwa pada hakikatnya agama dan sains merupakan karsa dan karya pemikiran manusia yang tidak perlu saling dipertentangkan apalagi dibenturkan, namun seyogianya saling melengkapi dengan keunggulan maupun keterbatasan masing-masing.

Sebaiknya manusia selalu berupaya berikhtiar bersikap Ojo Dumeh alias jangan jumawa meyakini diri lebih benar ketimbang orang lain karena pada hakikatnya tidak ada manusia yang sempurna akibat manusia mustahil sempurna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Tren
Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Tren
6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

Tren
7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

Tren
Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Tren
5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com