Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengadilan Monyet Darwin

Pada awal abad XX, masyarakat Amerika Serikat masih belum bisa menerima teori evolusi Charles Darwin sebagai bagian hakiki terpisahkan dari sejarah sains di planet bumi ini.

Keterbelakangan Amerika Serikat dalam hal pemahaman sains tercermin jelas pada kasus Pengadilan Scoopes yang juga tersohor sebagai Pengadilan Monyet Darwin pada 1925.

Bagi kita yang kini hidup pada abad XXI rasanya sulit percaya bahwa pada tahun 20-an abad XX ternyata kecerdasan sains masyarakat Amerika Serikat masih sedemikian terbelakang sehingga tega mengadili seorang guru muda bernama John Scopes, yang diadili hanya karena mengajarkan teori evolusi Darwin kepada para muridnya di public school di Tennessee.

Pengadilan Scopes yang dijuluki Pengadilan Monyet Darwin merupakan cemooh terhadap mereka yang percaya pada teori evolusi Darwin bahwa nenek-moyang manusia adalah monyet. Padahal Darwin sendiri tidak pernah bilang begitu.

Darwin sekadar berteori bahwa evolusi jenis makhluk terjadi melalui proses seleksi alamiah berkaidah the survival of the fittest.

Meski di masa kini masih ada kelompok masyarakat penganut paham penciptaan sesuai yang dikisahkan di kitab Genesis pada Alkitab, namun sudah tidak lazim lagi untuk menyeret seorang guru sains yang mengajarkan teori Darwin kepada para muridnya di sekolah ke meja pengadilan.

Di dunia beradab masa kini tidak ada lagi yang mempermasalahkan teori Darwin diajarkan di sekolah-sekolah sebab sudah tiada ada lagi hukum yang melarang orang percaya teori evolusi Darwin maupun percaya kisah penciptaan di dalam Alkitab.

Untuk mengabadikan Pengadilan Monyet Darwin di semesta kesenian, Jerome Lawrence and Robert E. Lee menggubah karya teater Inherit The Wind yang dipergelar-perdanakan pada tahun 1955 di Dallas, Texas.

Disusul pada 1960, sutradara Stanley Kramer mengangkat Inherit The Wind ke layar lebar dibintangi secara cemerlang oleh Spencer Tracy yang dianugerahi piala Oscar sebagai aktor terbaik.

Baik Pengadilan Monyet Darwin sebagai kasus hukum maupun Inherit the Wind sebagai ekspresi seni membuktikan bahwa pada hakikatnya agama dan sains merupakan karsa dan karya pemikiran manusia yang tidak perlu saling dipertentangkan apalagi dibenturkan, namun seyogianya saling melengkapi dengan keunggulan maupun keterbatasan masing-masing.

Sebaiknya manusia selalu berupaya berikhtiar bersikap Ojo Dumeh alias jangan jumawa meyakini diri lebih benar ketimbang orang lain karena pada hakikatnya tidak ada manusia yang sempurna akibat manusia mustahil sempurna.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/19/055947665/pengadilan-monyet-darwin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke