KOMPAS.com - Mimpi adalah pengalaman bawah sadar atau halusinasi yang terjadi selama seseorang tertidur.
Anda dapat bermimpi pada tahap tidur apa pun, tetapi mimpi yang paling nyata biasanya terjadi pada fase tidur rapid eye movement (REM) atau fase tidur bermimpi.
REM adalah fase tidur ketika otak Anda sangat aktif, mata akan bergerak cepat saat tertutup, namun Anda kehilangan kendali otot untuk sementara.
Baca juga: Mengapa Sebaiknya Anda Tidak Merokok Sebelum Tidur?
Mimpi buruk dianggap sebagai mimpi yang lebih menakutkan, menjengkelkan, bahkan mengganggu kenyamanan ketika tertidur.
Dilansir dari Healthline, mimpi buruk cenderung disebabkan oleh stres, kecemasan, atau terkadang sebagai reaksi terhadap pengobatan tertentu.
Namun, jika terlalu sering mengalami mimpi buruk, Anda mungkin mengalami masalah gangguan tidur (sleeping disorder).
Baca juga: 7 Makanan yang Bisa Memicu Mimpi Buruk
Mimpi buruk dapat disebut sebagai masalah gangguan tidur jika terlalu sering dialami, menyebabkan Anda merasa cemas untuk tidur, atau membawa masalah psikologis lainnya.
Orang umumnya mengalami mimpi buruk lebih jarang dan hanya sesekali. Namun, ada sekitar 5 persen populasi yang mengalami sleeping disorder dengan mimpi buruk terus-menerus.
Mimpi buruk bisa menakutkan dan memiliki efek yang bertahan lama bahkan saat Anda sudah bangun.
Baca juga: Cara Mencegah Mimpi Buruk Datang
Sejalan dengan itu, dilansir dari Clevelandclinic, mimpi buruk umumnya dikaitkan dengan berbagai kondisi dan peristiwa tertentu, antara lain sebagai berikut:
Bagi seseorang yang hidup dengan gangguan stres pascatrauma (PTSD), mimpi buruk sering kali merupakan bagian dari pengalaman yang berulang atau menghidupkan kembali trauma mereka.
Terlalu banyak mengonsumsi alkohol juga dapat menyebabkan terjadinya mimpi buruk atau memperburuk yang sebelumnya sudah dialami.
Baca juga: Mengapa Seseorang Bisa Bermimpi? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
Tingkat stres yang tinggi dapat menyebabkan seseorang lebih banyak mimpi dan bermimpi buruk.
Hal tersebut kemungkinan karena stres dapat mendorong proses emosional yang terjadi selama bermimpi menjadi lebih cepat.