Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes Tetapkan KLB Difteri di Garut, Apa Itu?

Kompas.com - 24/02/2023, 11:25 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.comKementerian Kesehatan (Kemenkes) menetapkan kejadian luar biasa (KLB) difteri di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

KLB difteri dilakukan setelah tujuh warga Desa Sukahurip, Kecamatan Pangantikan, Garut meninggal diduga terserang difteri.

Pemberlakuan KLB difteri sebagai langkah agar penyakit itu tidak semakin meluas.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi.

“Penanganan difteri agar KLB tidak meluas, menetapkan status KLB diteri sebagai pemberitahuan bahwa situasi sudah darurat,” ucap Nadia dilansir dari Kompas.com, Rabu (22/2/2023).

Baca juga: Indonesia KLB Polio, Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Penularannya

Penyebab KLB difteri

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan penyebab dari terjadinya KLB difteri di Garut.

KLB difteri disebabkan oleh imunisasi difteri yang terlambat.

“Difteri di Garut memang vaksinasinya (imunisasi) kurang, gara-gara Covid-19 jadi agak berkurang,” ujarnya di Jakarta Rabu (22/2/2023).

Lebih lanjut, Budi mengatakan bahwa pandemi Covid-19 telah menyita energi seluruh tenaga kesehatan sehingga menyebabkan pada ketertinggalan program imunisasi di daerah.

“Kita sudah identifikasi daerah mana yang imunisasinya kurang,” tandas Budi.

Baca juga: Kembali Menjangkit, Kenali Bahaya dan Penanganan Difteri


Lantas, apa itu difteri?

Mengenal apa itu difter

Dikutip dari ClevelandClinic, difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri bernama Corynebacterium diphtheriae.

Bakteri ini akan melepaskan racun yang menyebabkan sel-sel di tenggorokan mati yang kemudian menumpuk menjadi selaput berwarna abu-abu yang bernama pseudomembrane, sehingga seseorang sulit untuk menelan dan bernapas.

Pseudomembrane itu menutupi jaringan di pita suara, amandel, tenggorokan, dan hidung bagian dalam.

Seseorang yang terkena difteri terkadang juga mengalami luka pada kulit yang susah untuk disembuhkan.

Baca juga: Beda Aerosol, Airborne, dan Droplet sebagai Media Penyebaran Covid-19

RSUD dr Slamet Garut siapkan tujuh ruangan dengan 14 tempat tidur untuk penanganan penyakit difteri. 
Tribun Jabar/Sidqi Al Ghifari RSUD dr Slamet Garut siapkan tujuh ruangan dengan 14 tempat tidur untuk penanganan penyakit difteri.

Kulit akan mengalami ruam, lecet, atau luka yang dapat muncul di mana saja.

Difteri merupakan penyakit yang sangat menular sehingga persebarannya terhitung cepat.

Dilansir dari MayoClinic, difteri utamanya ditularkan melalui droplet orang yang terinfeksi difteri.

Saat seseorang yang terinfeksi bersin atau batuk, droplet yang dikeluarkan akan terhirup oleh orang lain.

Selain itu, droplet itu akan menempel pada barang-barang di sekitar yang kemudian disentuh oleh orang lain dan kemudian tertular.

Menyentuh luka yang terinfeksi difteri juga dapat menularkan penyakit itu.

Baca juga: Virus Corona Menular Lewat Droplet dan Airborne, Apa Bedanya?

Gejala difteri

Masih dari sumber yang sama, gejala difteri biasanya dimulai dari hari kedua hingga kelima setelah seseorang terinfeksi.

Berikut gejala dari difteri:

  • Selaput abu-abu tebal menutupi tenggorokan
  • Tenggorokan terasa sakit dan suara serak
  • Pembengkakan kelenjar di leher
  • Kesulitan untuk bernapas atau pernapasan terasa cepat
  • Keluar cairan dari hidung
  • Demam dan menggigil
  • Kelelahan

Pada beberapa kasus, seseorang tidak merasakan gejala terjangkit difteri sama sekali sehingga ia tidak menyadarinya.

Baca juga: INFOGRAFIK: Beda Aerosol, Airborne dan Droplet

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com