Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Pelajaran dari "Emancipation"

Kompas.com - 24/02/2023, 06:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH dicekal panitia penyelenggara Anugerah Oscar akibat menempeleng Chris Rock yang berulang kali menghina istri Will Smith di hadapan hadirin upacara Anugerah Oscar, sang penerima Anugerah Oscar sebagai aktor terbaik di dalam film King Richard memenuhi permintaan sutradara Antoine Fuqua untuk berperan utama dalam film “Emancipation”.

Will Smith sengaja menguruskan badan serta tampil sedemikian kumal demi lebih meyakinkan peran sebagai seorang budak yang punggungnya penuh bekas luka akibat cambukan oleh para centeng pemilik budak.

Film yang digarap dengan teknik sinematografi warna hitam-putih itu berkisah tentang sekelompok budak yang melarikan diri menerabas kawasan rawa ke Baton Rouge untuk bergabung dengan angkatan bersenjata Abraham Linclon yang ingin menghentikan politik perbudakan di Amerika Serikat.

Sebagai film tentang peradaban perbudakan di Amerika Serikat, sebenarnya Emancipation tidak terlalu istimewa apalagi jika dibandingkan dengan novel abolisionis Harriet Beecher Stowe “Uncle Toms Cabin” maupun novel dan film otobiografi Solomon Northup “Seven Years as Slave” yang mengerikan itu.

Namun dari film berlatar belakang Perang Saudara Amerika Serikat yang digarap di kawasan rawa Lousiana itu, saya banyak memetik pelajaran sejarah antara lain bahwa Baton Rouge memegang peran strategis untuk menentukan kemenangan laskar Utara terhadap Selatan dengan keberhasilan tentara kulit hitam membungkam meriam-meriam yang dipersiapkan untuk melumpuhkan angkatan bersenjata Abraham Lincoln.

Film “Emancipation” secara politically corect juga menampilkan adegan-adegan pendayagunaan ayat-ayat kitab suci agama untuk membius perasaan para budak agar ikhlas menerima nasib penderitaan mereka sebagai budak yang dipaksa memetik kapas maupun membangun rel kereta api untuk mengangkut bedil dan meriam ke medan perang yang ingin membebaskan kaum budak.

Dari pembiusan yang terkisah di dalam Emancipation dapat dimengerti alasan Karl Marx sempat menuding agama disalah-gunakan untuk membius masyarakat.

Besar kemungkinan bahwa para pendukung gerakan White Supremacist terutama kaum Ku Klux Klan tidak akan suka menonton film Emancipation yang memang membuka luka lama zaman perbudakan yang memang merupakan noda cemar yang melekat pada sejarah peradaban Amerika Serikat yang seharusnya lebih baik ditutup ketimbang dibuka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com