Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Covid-19 Orthrus Masuk Indonesia, Terdeteksi 30 Kasus di Jakarta, Ini Gejalanya

Kompas.com - 21/02/2023, 12:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Walaupun tak digolongkan sebagai varian of concern namun diyakini varian Orthrus bergerak menuju dominasi varian di Inggris bersama Kraken atau XBB 1.5. Saat ini setidaknya ada 8.700 kasus akibat varian Orthrus di Inggris.

Sementara itu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) varian Orthrus menjadi varian kelima varian paling banyak diurutkan di AS.

Sementara subvarian XBB 1.1.5 masih menjadi varian paling banyak terdeteksi.

Varian Orthrus diketahui saat ini juga bertanggung jawab pada sepertiga kasus di Selandia Baru.

Negara lain yang juga ditemukan adanya varian ini yakni Hong Kong dan Papua Nugini dengan jumlah kasus seperempat dari total kasus di negara tersebut.

Sedangkan di Kamboja dan Irlandia varian Orthrus menyumbang setidaknya seperlima kasus di sana. Varian virus ini diperkirakan setidaknya sudah menyebar di 67 negara di dunia.

Asal usul

Dikutip dari Forbes, varian ini merupakan turunan dari BA.2.75. Varian virus tersebut pertama kali ditemukan di India pada 8 Juli 2022.

Orthrus memiliki mutasi yang juga hadir dalam varian Delta, yang merupakan varian virus yang sebelumnya juga pernah menyebabkan lonjakan kasus di berbagai negara.

Penyebutan Orthrus dilakukan karena CH.1.1 cukup sulit untuk diingat. Orthrus bukanlah nama resmi dari varian tersebut.

Orthrus artinya anjing berkepala dua dalam mitologi Yunani. Anjing ini dalam cerita ditugaskan untuk menjaga ternak Geryon.

Ahli Biologi Komputasi di Univeristas Basel Swiss Cornelius Romer menyebut, XBB.1.5 memang menjadi jenis Covid-19 yang paling menular. Namun menurutnya CH.1.1 juga sangat menular.

Para peneliti Ohio State mengatakan, CH.1.1 berikatan dengan baik dengan reseptor ACE2 yang merupakan lokasi virus menginfeksi sel manusia.

Hal ini membuatnya berpotensi mengatasi kekebalan antibodi dari infeksi dan vaksinasi sebelumnya, bahkan berpotensi menyebabkan terjadinnya keparahan.

Peneliti Ohio State ini sempat menggunakan CH.1.1 versi buatan laboratorium dan memeriksa seberapa baik kerja vaksin yang telah diterima 14 petugas kesehatan.

Dari hasil penelian ini, serum pekerja membuat 17 kali lebih sedikit antibodi terhadap CH.1.1.

Para peneliti dikutip dari Fortune menyebut CH.1.1 dan varian CA.3.1 lebih kebal mengelak dibandingkan XBB dan BQ.

Baca juga: Penelitian: Otak Remaja 3 Tahun Lebih Tua sejak Pandemi Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com