Hal ini menyebabkan anak mengembangkan wajah yang besar, dahi yang menyusut, dan kulit kepala yang kendur dan sering berkerut.
Selain itu, tubuh juga kerap terlihat kurus dan lebih kecil dari ukuran normal.
Beberapa bayi menunjukkan gejala yang jelas, namun beberapa anak yang menderita mikrosefalus bisa terus berkembang secara normal.
Baca juga: Bayi Bisa Alami Pneumonia dari Asap Rokok yang Menempel di Baju
Mikrosefalus terkadang bisa didiagnosa sejak bayi belum lahir melalui USG.
Untuk menegakkan diagnosa, sebaiknya USG dilakukan di akhir trimester kedua atau ketiga.
Adapun setelah bayi lahir, mikrosefali bisa diketahui dengan mengukur lingkar kepala bayi dan membandingkannya dengan ukuran bayi normal.
Selain itu, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap dan memantau perkembangannya untuk mengetahui adakah kelainan lain.
Hal ini dilakukan karena mikrosefali sering disertai dengan kecacatan intelektual.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.